Udara di Indonesia Panas, Tapi Bukan Gelombang Panas! Ini Penjelasan BMKG

waktu baca 3 menit

Gantanews.co – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menegaskan bahwa cuaca panas yang melanda Indonesia saat ini bukanlah gelombang panas (heatwave). Fenomena ini dipicu oleh peralihan musim dari musim hujan ke musim kemarau.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menjelaskan bahwa gelombang panas sedang melanda beberapa negara di Asia, seperti Thailand dan Kamboja, dengan suhu mencapai 52°C dan 43°C. Namun, di Indonesia, suhunya tidak mencapai ekstrem tersebut.

“Memang betul, saat ini gelombang panas sedang melanda berbagai negara Asia, seperti Thailand dengan suhu maksimum mencapai 52°C. Kamboja, dengan suhu udara mencapai level tertinggi dalam 170 tahun terakhir, yaitu 43°C pada minggu ini. Namun, khusus di Indonesia yang terjadi bukanlah gelombang panas, melainkan suhu panas seperti pada umumnya,” ungkap Dwikorita di Jakarta, Senin (6/5/2024).

Penyebab Cuaca Panas di Indonesia:

  • Pemanasan permukaan: Berkurangnya pembentukan awan dan curah hujan menyebabkan permukaan bumi memanas.
  • Peralihan musim: Pada periode ini, pagi hari cerah, siang terik, sore hujan, dan malam gerah jika langit berawan.
  • Kondisi maritim dan topografi: Laut hangat dan pegunungan di sekitar Indonesia menaikkan gerakan udara, mencegah kenaikan temperatur ekstrem.

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi Ardhasena Sopaheluwakan menyampaikan suhu udara maksimum tertinggi di Indonesia selama sepekan terakhir tercatat terjadi di Palu, yakni 37,8°C, pada 23 April lalu.

Suhu Maksimum Tertinggi:

  • Palu: 37,8°C (23 April)
  • Medan: 37,0°C (21 April)
  • Saumlaki: 37,8°C (21 April)
  • Palu: 36,8°C (23 April)

Berdasarkan hasil pantauan jaringan pengamatan BMKG, kata Ardhasena, hingga awal Mei 2024, baru sebanyak 8% wilayah Indonesia (56 Zona Musim atau ZOM) telah memasuki musim kemarau.

Wilayah yang Telah Memasuki Musim Kemarau (Hingga Awal Mei 2024):

  • Sebagian Aceh
  • Sebagian Sumatera Utara
  • Riau bagian utara
  • Sekitar Pangandaran Jawa Barat
  • Sebagian Sulawesi Tengah
  • Sebagian Maluku Utara

Prediksi Musim Kemarau Satu Bulan ke Depan:

  • Sebagian Nusa Tenggara
  • Sebagian pulau Jawa
  • Sebagian pulau Sumatera
  • Sebagian Sulawesi Selatan
  • Sebagian Maluku
  • Papua bagian timur dan selatan

Sementara itu, Kepala Pusat Informasi Perubahan Iklim Fachri Radjab menjelaskan gelombang panas banyak melanda sejumlah negara di Asia. Dari Vietnam juga dilaporkan bahwa suhu maksimum di beberapa bagian utara dan tengah mencapai angka 44°C. Di Filipina, fenomena gelombang panas menyebabkan pemerintah meliburkan sekolah-sekolah.

Penyebab Gelombang Panas di Asia:

  • Gerakan semu matahari: Berada di atas lintang 10 derajat Lintang Utara, menyebabkan penyinaran matahari sangat terik.
  • Anomali iklim El Nino 2023/2024: Menyebabkan anomali suhu hingga 2 derajat di atas normal pada periode Maret-April-Mei.
  • Pemanasan global: Menyebabkan suhu terus meningkat dari tahun ke tahun.

“Mudah-mudahan situasi tersebut tidak terjadi di Indonesia,” pungkas Fachri

Meski 76% wilayah Indonesia masih dalam periode musim hujan, cuaca panas yang melanda Indonesia saat ini memang terasa tidak nyaman. Namun, perlu diingat bahwa fenomena ini bukan gelombang panas dan akan berangsur membaik seiring dengan peralihan musim.

Masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap cuaca panas dengan menjaga kesehatan, seperti minum air putih yang banyak, menghindari aktivitas berat di luar ruangan saat cuaca terik, menggunakan pakaian yang tipis dan longgar, serta melindungi diri dari sinar matahari dengan topi, kacamata hitam, dan tabir surya.

BMKG terus memantau perkembangan cuaca dan akan mengeluarkan peringatan dini jika diperlukan. Masyarakat dapat mengikuti informasi terkini dari BMKG melalui situs web resmi atau aplikasi resminya.

Mari kita jaga kesehatan dan tetap waspada terhadap cuaca panas. (int)

Follow me in social media: