Gantanews.co – Penasihat Khusus Presiden Bidang Kesehatan, Terawan Agus Putranto, menekankan pentingnya menjaga hidrasi tubuh guna mencegah risiko stroke, terutama di kalangan anak muda. Dalam konferensi pers Permata Bank Wealth Wisdom 2024 di Jakarta, Senin (18/11), Terawan mengingatkan bahwa dehidrasi dan kurang istirahat menjadi salah satu faktor pemicu stroke, bahkan pada usia muda, termasuk anak-anak usia 9 hingga 11 tahun.
“Stroke dapat menyerang berbagai aspek tubuh, termasuk fisik, psikologis, hingga kemampuan bicara. Oleh karena itu, menjaga tubuh tetap terhidrasi sangat penting,” kata Terawan.
Selain dehidrasi, kurangnya pola hidup sehat dan minimnya pemeriksaan kesehatan rutin juga menjadi perhatian. Terawan mengimbau semua kelompok usia, terutama yang berusia 20 hingga 40 tahun, untuk rutin menjalani medical check up. Deteksi dini dapat membantu mengidentifikasi potensi risiko kesehatan, termasuk kondisi jantung atau anatomi tubuh lainnya.
“Meski di usia 30-an terlihat sehat, tetap perlu check up. Problem inflamasi saat ini menjadi sangat mengkhawatirkan, sehingga pemeriksaan kesehatan secara rutin sangat diperlukan,” tambahnya.
Terawan juga menyoroti pentingnya kolaborasi antarprofesi medis dalam menangani pasien stroke untuk memastikan perawatan optimal dan pemulihan yang lebih efektif.
“Kerja sama antarspesialis akan memberikan manfaat maksimal bagi pasien, sehingga proses pemulihan dapat berjalan lebih baik,” ujarnya.
Ia berharap masyarakat lebih sadar akan pentingnya gaya hidup sehat, menjaga hidrasi, dan rutin memeriksakan kesehatan. Dengan langkah-langkah preventif ini, risiko stroke yang semakin mengancam generasi muda dapat dikurangi.
Stroke, yang dikenal sebagai penyakit mematikan dan penyebab utama disabilitas, setiap menitnya dapat mengakibatkan kematian 1,9 juta sel otak. Data Survei Kesehatan Indonesia 2023 mencatat prevalensi stroke mencapai 8,3 per 1.000 penduduk, dan menjadi penyebab utama kecacatan (11,2 persen) serta kematian (18,5 persen) di Indonesia. Stroke juga menempati peringkat ketiga dalam penyakit katastropik dengan biaya tertinggi setelah penyakit jantung dan kanker, mencapai Rp5,2 triliun pada 2023. (red)