Trending di Google Trend; Legenda Sepatu Bata Kini dinyatakan tutup atau gulung tikar. Ini Sejarah dan Pemilik Sepatu Bata
Gantanews.co – PT Sepatu Bata Tbk (BATA), salah satu produsen alas kaki ternama di Indonesia, mengumumkan penutupan pabrik produksi mereka di Purwakarta, Jawa Barat, setelah 30 tahun beroperasi. Keputusan tersebut, yang dipicu oleh penurunan permintaan konsumen, diumumkan melalui Bursa Efek Indonesia pada 2 Mei 2024.
Menurut Direktur & Sekretaris Perusahaan Sepatu Bata, Hatta Tutuko, “Dengan adanya keputusan ini, maka perseroan tidak dapat melanjutkan produksi di pabrik Purwakarta.” Upaya untuk mempertahankan operasi pabrik telah dilakukan selama empat tahun terakhir, namun dampak pandemi dan perubahan perilaku konsumen yang cepat telah menghantam perusahaan secara signifikan.
Penghentian produksi di Purwakarta didasarkan pada Keputusan Direksi tanggal 30 April 2024 yang disetujui Dewan Komisaris sehari sebelumnya.
Terkait dengan sejarah dan pemilik sepatu Bata, meskipun sering dianggap sebagai merek Indonesia, sebenarnya pemiliknya adalah tiga bersaudara dari Zlin, Cekoslowakia: Tomas, Anna, dan Antonin Bata. Mereka adalah pionir dalam industri sepatu, mendirikan perusahaan pada tahun 1894.
Perjalanan Bata di Indonesia dimulai pada 1931 dengan kerja sama dengan perusahaan kolonial, Netherlandsch-Indisch, sebagai importir sepatu. Pada tahun 1940, Tomas Bata mendirikan pabrik pertama di Kalibata, Jakarta Selatan. Namun, saat ini pabrik tersebut sudah tidak beroperasi.
Pada 1994, Bata membangun pabrik terbesarnya di Purwakarta, yang sejak itu menjadi salah satu pemasok utama sepatu Bata di Indonesia. Perusahaan telah memproduksi berbagai jenis sepatu, termasuk untuk sekolah dan dewasa, serta merek lain seperti Marie Claire, Comfit, Power, dan lainnya.
Meskipun secara global Bata memiliki 27 fasilitas produksi di 20 negara dan 5.000 toko retail di lebih dari 90 negara, di Indonesia perusahaan ini terus mengalami kerugian. Bahkan, selama pandemi Covid-19, Bata telah mengumumkan penutupan 50 toko pada tahun 2021.
Data perdagangan menunjukkan bahwa harga saham BATA naik 1,06 persen menjadi Rp 95 pada Jumat, 3 Mei 2024. Namun, secara tahunan, saham ini mengalami penurunan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai harga tertinggi Rp 595 pada 5 Mei 2023.
Berdasarkan laporan keuangan perusahaan per 31 Desember 2023, BATA mencatat kerugian tahunan sebesar Rp 190,5 miliar, naik dari Rp 106,1 miliar pada tahun sebelumnya. Penjualan neto juga mengalami penurunan menjadi Rp 609,61 miliar pada 2023, dari Rp 643,45 miliar pada tahun sebelumnya. (int)