Gantanews.co – Situasi di Suriah semakin rusuh, tak terkendali, dan memanas menyusul serangan besar-besaran oleh kelompok milisi pemberontak Hay’at Tahrir al-Sham (HTS) yang mengguncang stabilitas rezim Presiden Bashar al-Assad. Konflik yang berlangsung sejak akhir November 2024 ini tidak hanya menyebabkan kerugian besar bagi pemerintah Suriah, tetapi juga memaksa sejumlah pejabat militer Rusia mundur secara tergesa-gesa.
Serangan Beruntun Menguasai Wilayah Vital
Kelompok pemberontak yang dipimpin oleh Abu Mohammad al-Julani dan Tentara Nasional Suriah (FSA) melancarkan serangan terkoordinasi di sejumlah kota strategis seperti Aleppo, Damaskus, hingga Provinsi Hama. Dalam waktu kurang dari sepekan, mereka berhasil menguasai delapan wilayah penting di Hama, termasuk Al-Jalamah, Al-Zakah, dan kota strategis Morik yang terletak di jalur utama Provinsi Hama.
Laporan dari Anadolu Agency menyebutkan bahwa serangan ini mengakibatkan jatuhnya lebih dari 400 korban jiwa, baik dari pihak pemberontak maupun pasukan pemerintah Suriah. Pasukan al-Assad yang kewalahan, kini mengandalkan bantuan dari militer Rusia berupa amunisi dan persenjataan yang dikirim melalui jalur Provinsi Raqqa menuju Homs.
Mundurnya Pasukan Rusia
Kehadiran militer Rusia yang seharusnya menjadi pendukung utama rezim al-Assad, justru mendapat sorotan tajam. Menurut Direktorat Intelijen Pertahanan Ukraina (HUR), sejumlah perwira tinggi Rusia telah meninggalkan Suriah dan mengungsi ke Pangkalan Udara Khmeimim di Damaskus. Penarikan ini diiringi dengan ditinggalkannya berbagai peralatan tempur seperti senjata dan kendaraan tempur di kota Khan Shaykhun.
Kolonel Jenderal Alexander Zhuravlyov, komandan pasukan Rusia di Suriah, secara terbuka mengakui kegagalan pemerintah al-Assad dalam mempertahankan kontrol di wilayah-wilayah penting. Kekacauan ini juga memicu perubahan struktural di tubuh militer Rusia, termasuk pemecatan Jenderal Sergey Kiseylov.
Situasi yang Belum Kondusif
Sementara itu, kondisi di Suriah masih jauh dari stabil. Pasukan HTS terus memperluas kendali mereka, dan situasi ini menjadi tantangan besar bagi pemerintah al-Assad yang kini menghadapi tekanan baik dari dalam maupun luar negeri. Dengan mundurnya pasukan Rusia dari beberapa wilayah strategis, peluang bagi kelompok pemberontak untuk memperkuat posisinya semakin terbuka lebar. (red)