Gantanews.co – Bandar Lampung mengalami suhu panas ekstrem selama puncak kemarau tahun ini. Berdasarkan data dari Climate Central, Bandar Lampung dan Palembang termasuk dalam empat kota dengan suhu tertinggi di Asia Tenggara selama periode Juni hingga Agustus 2024. Bandar Lampung tercatat mengalami 81 hari panas, sedangkan Palembang juga mengalami hal serupa dalam kurun waktu yang sama.
Selain kedua kota di Sumatra, Makassar di Sulawesi Selatan tercatat sebagai kota terpanas dengan 88 hari suhu ekstrem, disusul oleh Sumedang yang mencatatkan 83 hari panas. Dari luar Indonesia, Kota Davao di Filipina juga mengalami cuaca ekstrem serupa dengan 83 hari panas.
Menurut Koordinator Bidang Data BMKG Lampung, Rudi Hartono, kondisi ini disebabkan oleh puncak musim kemarau yang sedang berlangsung.
“Saat ini wilayah Lampung memasuki puncak musim kemarau, sehingga curah hujan minim dan tutupan awan sangat sedikit. Hal ini memungkinkan sinar matahari langsung menyentuh permukaan daratan tanpa hambatan, menyebabkan suhu meningkat secara signifikan,” jelas Rudi.
Lebih lanjut, Rudi menyebutkan bahwa suhu di Bandar Lampung dapat mencapai 35 derajat Celsius pada puncaknya, terutama pada pukul 10.00 hingga 14.00 WIB setiap harinya.
“Suhu bisa mencapai puncak 35 derajat pada siang hari dan terasa sangat panas, terutama karena kelembapan udara juga sangat rendah,” tambahnya.
BMKG memprediksi bahwa kondisi puncak kemarau di Lampung akan berakhir pada pertengahan Oktober 2024, dan setelahnya wilayah ini akan mulai memasuki musim penghujan.
Prediksi Musim Hujan 2024 oleh BMKG
Di sisi lain, BMKG juga memberikan prediksi mengenai musim hujan di Indonesia. Berdasarkan pernyataan Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, puncak musim hujan di Indonesia bagian barat diperkirakan akan terjadi pada November hingga Desember 2024. Sekitar 43,4 persen dari total Zona Musim di Indonesia, termasuk Pulau Sumatra, pesisir selatan Jawa, dan sebagian besar Kalimantan, diprediksi akan mengalami puncak musim hujan pada periode tersebut.
Untuk wilayah Lampung dan beberapa daerah lainnya seperti bagian utara Pulau Jawa, sebagian kecil Sulawesi, Bali, NTB, NTT, dan Papua, BMKG memperkirakan puncak musim hujan akan terjadi pada Januari hingga Februari 2025.
Dwikorita mengimbau masyarakat untuk selalu mengikuti perkembangan informasi cuaca dan iklim yang disampaikan BMKG melalui berbagai media. “Kami mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada dan siap menghadapi potensi bencana hidrometeorologi selama musim hujan, seperti banjir dan tanah longsor, terutama di daerah-daerah rawan,” jelasnya.
Dengan prediksi musim hujan dan suhu ekstrem yang sedang berlangsung, masyarakat diharapkan lebih siap dalam menghadapi perubahan cuaca yang bisa berdampak pada aktivitas sehari-hari dan potensi bencana. (red)