Palapa S-1: Drone Deteksi Dini Karhutla Karya UGM, Ini Spesifikasinya

waktu baca 2 menit
Palapa S-1 Drone Deteksi Dini Karhutla Karya UGM

Gantanews.co – Universitas Gadjah Mada (UGM) kembali mencetak prestasi dengan meluncurkan pesawat tanpa awak (drone) bernama Palapa S-1. Drone ini dirancang khusus untuk mendeteksi dini kebakaran hutan dan lahan (karhutla), yang telah menjadi salah satu masalah lingkungan serius di Indonesia.

Palapa S-1 memiliki beberapa fitur unggulan yang memungkinkannya menjalankan tugas berat dalam memantau dan mendeteksi hotspot karhutla. Pesawat ini memiliki panjang badan 2 meter dengan panjang sayap mencapai 3 meter, dan mampu terbang dengan kecepatan hingga 120 km/jam. Drone ini menggunakan bahan bakar bensin, dengan berat maksimal saat take-off sebesar 14 kilogram.

Dengan daya tahan terbang selama 6 jam tanpa henti, Palapa S-1 dapat menempuh jarak sejauh 500 kilometer. Teknologi canggih yang disematkan di dalamnya memungkinkan drone ini lepas landas dan mendarat secara vertikal, memudahkan pengoperasian di berbagai medan sulit.

Sistem kerja Palapa S-1 sangat sederhana namun efisien. Drone ini terbang menuju titik panas (hotspot) yang terdeteksi satelit. Setelah tiba di lokasi, Palapa S-1 akan mendeteksi keberadaan api serta memberikan informasi tersebut ke pusat kontrol. Data yang dikirim memungkinkan tim pemadam kebakaran segera mengambil tindakan mitigasi yang diperlukan.

Selain mendeteksi dini karhutla, Palapa S-1 juga memiliki fungsi lain yang luas. Drone ini dapat digunakan untuk melakukan pemantauan area bencana, pertambangan, serta sektor pertanian dan perkebunan. Bahkan, pesawat ini juga dirancang untuk keperluan militer, termasuk pemantauan musuh dan mengangkut bom.

Kemampuan Palapa S-1 dalam memetakan area hotspot mencapai 3.500 hektar, menjadikannya solusi efektif dalam upaya mitigasi karhutla di wilayah-wilayah yang sulit dijangkau. Drone ini diproduksi dengan biaya sekitar Rp300 juta per unit, dengan harga jual berkisar antara Rp600 hingga Rp900 juta, tergantung spesifikasi yang dibutuhkan. Produksi Palapa S-1 pun sudah disesuaikan dengan pesanan, dengan kapasitas 7 hingga 10 unit setiap tiga bulan.

Menurut Gesang Nugroho, Ketua Tim Riset Palapa S-1, drone ini tidak hanya bisa digunakan untuk deteksi kebakaran hutan, tetapi juga untuk keperluan lain seperti patroli dan pengawasan. “Pesawat ini telah diuji coba dan siap diproduksi dalam skala yang lebih besar,” ujarnya.

Peluncuran Palapa S-1 oleh UGM menandai langkah maju dalam mitigasi bencana karhutla di Indonesia. Dengan teknologi yang canggih, efisiensi biaya, dan kegunaan yang luas, drone ini diharapkan dapat memberikan kontribusi nyata dalam menjaga kelestarian hutan serta mencegah kebakaran yang berakibat fatal bagi lingkungan. (red)

Follow me in social media: