Gantanews.co – Indonesia memiliki potensi besar dalam sektor migas dengan 128 cekungan yang tersebar di seluruh nusantara. Dari jumlah tersebut, 68 cekungan masih belum tersentuh oleh eksplorasi. Menurut data terbaru dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), cekungan-cekungan yang belum dieksplorasi ini menyimpan cadangan minyak yang diperkirakan mencapai 2,41 miliar barel, dengan potensi produksi selama 11 tahun.
Sementara itu, cadangan gas bumi di cekungan-cekungan ini diprediksi mencapai 35,3 triliun kaki kubik (TCF), yang dapat mendukung produksi selama sekitar 15 tahun.
Sekretaris Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM, Maompang Harahap, menjelaskan bahwa angka-angka ini mencerminkan peluang besar untuk meningkatkan produksi migas dalam negeri.
“Jika dimanfaatkan dengan baik, potensi ini dapat membantu mengurangi ketergantungan Indonesia pada impor migas,” ujar Maompang, dalam siaran pers pada Jumat (9/8).
Hingga saat ini, Indonesia memiliki 166 Wilayah Kerja Migas (WK Migas), di mana 104 WK telah memasuki tahap produksi, sementara 62 WK lainnya masih dalam tahap eksplorasi. Eksplorasi ini penting untuk menemukan cadangan baru dan memperpanjang masa produksi lapangan-lapangan yang ada.
Dalam beberapa tahun mendatang, Indonesia diproyeksikan akan mengalami peningkatan signifikan dalam produksi gas bumi, terutama pada periode 2027 hingga 2028. Beberapa lapangan yang diperkirakan akan berkontribusi besar adalah Geng North, IDD Gandang Gendalo, dan Andaman.
Lapangan Geng North, misalnya, diproyeksikan akan mulai berproduksi pada 2027 dengan tambahan produksi sebesar 1.000 MMSCFD dan cadangan gas mencapai 4,1 TCF. Sementara itu, IDD Gandang Gendalo menargetkan produksi sebesar 4.900 MMSCFD dengan cadangan 6,3 TCF, menjadikannya salah satu lapangan yang diandalkan untuk meningkatkan produksi gas nasional. Meskipun masih dalam tahap eksplorasi, Lapangan Andaman juga memiliki prospek menjanjikan dengan potensi produksi 527 MMSCFD dan cadangan sekitar 10 TCF.
Namun, pengembangan lapangan-lapangan gas baru ini tidak tanpa tantangan. Isu perizinan, ketersediaan infrastruktur, serta fluktuasi harga energi global menjadi hambatan yang harus diatasi. Kolaborasi antara pemerintah dan perusahaan migas sangat diperlukan, termasuk dengan melakukan pengeboran eksplorasi yang menargetkan Giant Prospect di sekitar 54 sumur per tahun. Kerja sama dengan perusahaan migas internasional seperti EOG Resources dan CNPC juga diharapkan dapat mendukung eksplorasi Migas Non Konvensional di Indonesia.
Maompang Harahap berharap bahwa eksplorasi lebih lanjut di cekungan-cekungan yang belum dieksplorasi akan menemukan cadangan migas baru, yang pada akhirnya akan meningkatkan produksi nasional dan memperpanjang masa depan industri migas di Indonesia. Tantangan yang ada memang tidak sedikit, tetapi dengan kerja sama yang solid antara berbagai pihak, potensi besar ini bisa diubah menjadi realitas yang menguntungkan bagi Indonesia. (red/net)