Jumlah kasus DBD tahun ini meningkat drastis dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Pada Januari hingga April 2023, tercatat hanya 1.051 kasus. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Edwin Rusli, menjelaskan bahwa perubahan iklim yang ekstrem menjadi salah satu faktor utama lonjakan kasus ini.
“Perubahan iklim dari El Nino yang menyebabkan kemarau panjang pada 2023, beralih ke La Nina dengan curah hujan tinggi pada 2024, mempengaruhi perkembangbiakan nyamuk,” ujar Edwin pada Jumat (17/5/2024).
Curah hujan yang tinggi menciptakan genangan air yang menjadi tempat ideal bagi nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak. Faktor lingkungan seperti suhu dan kelembapan juga berperan dalam peningkatan populasi nyamuk. Selain itu, kepadatan penduduk di Lampung yang tinggi memperbesar risiko penyebaran DBD karena jarak terbang nyamuk yang relatif pendek.
Edwin menyoroti rendahnya kesadaran masyarakat dalam melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan metode 3M Plus. Banyak warga lebih memilih fogging daripada menjaga kebersihan lingkungan dan memberantas sarang nyamuk secara mandiri. Kondisi ini diperparah oleh sanitasi yang buruk dan kurangnya pengetahuan masyarakat tentang pencegahan DBD.
“Kami terus mengimbau masyarakat untuk mengenali tanda-tanda awal DBD, seperti demam tinggi mendadak, lemas, nyeri ulu hati dan belakang mata, serta bintik-bintik merah pada kulit,” kata Edwin. Ia juga menambahkan bahwa tindakan pertama yang bisa dilakukan adalah memberikan air minum sebanyak-banyaknya dan obat penurun demam golongan parasetamol sebelum membawa pasien ke fasilitas kesehatan.
Sebagai langkah pencegahan, Dinas Kesehatan Provinsi Lampung gencar melakukan kampanye PSN 3M Plus secara rutin.
“Upaya promotif ini diharapkan bisa meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang DBD dan mengaktifkan Juru Pemantau Jentik (Jumantik) untuk memantau lingkungan secara berkala,” jelas Edwin.
Edwin menekankan pentingnya kerjasama masyarakat dalam menjalankan gerakan PSN 3M Plus yang mencakup menguras, menutup, dan mendaur ulang tempat-tempat penampungan air. Selain itu, inovasi pencegahan DBD dengan vaksin dengue juga telah diperkenalkan sebagai tambahan upaya penanggulangan.
Ketua Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Lampung, Ismen Mukhtar, menyoroti rendahnya Angka Bebas Jentik (ABJ) di lingkungan masyarakat sebagai penyebab meningkatnya kasus DBD.
“Indikator ABJ yang rendah menunjukkan perlunya peningkatan kesadaran dan komitmen bersama untuk menjaga kebersihan lingkungan,” ujar Ismen.
Menurut Ismen, pengukuran ABJ harus dilakukan secara berkala setiap bulan atau paling lama tiga bulan sekali untuk memastikan keberhasilan gerakan PSN di Lampung.
Lonjakan kasus DBD di Lampung memerlukan perhatian dan aksi nyata dari semua pihak. Dengan komitmen bersama dan penerapan langkah-langkah pencegahan yang konsisten, penyebaran DBD dapat dikendalikan demi menjaga kesehatan masyarakat. (int)