Literasi Digital Kemenkominfo di Waykanan Hadirkan 4 Narasumber Kompeten

waktu baca 4 menit
Kegiatan Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Kabupaten Waykanan, Senin (26/07/2021) dengan Tema 'Tips Menjadi Sultan di Era Digital'

GANTANEWS.CO, WAYKANAN – Kegiatan Literasi Digital oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) di Kabupaten Waykanan, Senin (26/07/2021), menghadirkan Gubernur Lampung Arinal Djunaidi dan sejumlah narasumber kompeten.

Kegiatan ini merupakan upaya pemerintah untuk mengedukasi masyarakat dalam menggunakan digital platform di 77 kota/kabupaten aera Sumatera II, mulai dari Aceh sampai Lampung. Sedikitnya 600 peserta ikut dalam kegiatan ini dari profesi yang beragam, antara lain PNS, TNI / Polri, pelajar, penggiat usaha, pendakwah, bahkan orang tua.

Ada 4 kerangka digital yang menjadi materi utama dalam kegiatan tersebut, antara lain Digital Skill, Digital Safety, Digital Ethic dan Digital Culture, di mana masing masing kerangka mempunyai beragam tema.

Gubernur Provinsi Lampung H Arinal Djunaidi yang hadir sebagai keynote speaker dalam pengantarnya mengatakan bahwa tujuan Literasi Digital agar masyarakat cakap dalam menggunakan teknologi digital.

“Kita berharap kegiatan ini bermanfaat bagi peserta dan bisa mendorong kemajuan daerah masing-masing peserta,” kata Arinal Djunaidi.

Sebelumnya, Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), dalam sambutannya juga menyampaikan dukungannya pada kegiatan Literasi Digital Kominfo 2021.

Ada empat narasumber kompeten yang menjadi pembicara dalam kegiatan ini. Pertama, Kevin Sutedja, S.I.KOM., M.SC (E-Commerce dan Strategic Marketing Spesialist), pada sesi Kecakapan Digital.

Kevin memaparkan tema “Mengenal Marketplace: Aksebilitas, Jenis dan Fitur. Ia membedah soal maraknya penggunaaan e-commerce oleh individu dan kelompok, seperti bukalapak, tokopedia, shopee, lazada, dan sebagainya.

Di mana, pada masa pandemi ini, jelasnya, banyak masyarakat yang membeli seluruh kebutuhannya melalui online di marketplace.

“Barang yang paling banyak dicari di e-commerce ialah, pakaian dan produk kecantikan, elektronik, serta travel dan akomodasi,” katanya.

Pembicara kedua VIRNA LIM (Charlwoman os Sobat Cyber Indonesia). Ia tampil pada sesi soal Keamanan Digital. Virna mengangkat tema “Main Aman Saat Belanja Online”.

Virna menjelaskan kemajuan teknologi jika tidak dibarengi dengan literasi digital yang baik, maka akan berdampak buruk bagi masyarakat, bangsa, dan negara.

Menurutnya, transformasi digital saat pandemi covid-19 mendorong terjadinya perubahan struktural yang sangat cepat pada bidang pendidikan, pekerjaan, kesehatan, dan belanja.

Virna menyampaikan cara aman saat belanja online antara lain, pastikan online shop dapat dipercaya, baca dengan cermat kebijakan yang dilakukan oleh situs tempat belanja, waspada dengan barang sangat murah, baca deskripsi produk yang akan dibeli, pilih cara pembayaran yang paling aman atau gunakan rekening bersama, simpan bukti transaksi, serta selalu gunakan perangkat pribadi.

Pembicara ketiga Dr. Robi Cahyadi Kurniawan (Dosen JIP FISIP Unila). Ia tampil pada sesi Budaya Digital bertema “Literasi Digital Menangkal Terorisme”.

Robi menjelaskan kejahatan digital, antara lain penipuan online dan phising, pencurian identitas, pencurian uang elektronik, peretasan akun, serta ujaran kebencian seperti terorisme, radikalisme, dan separatisme. Media sosial menjadi sarana paling efektif untuk kelompok-kelompok radikalisme dan terorisme semakin lama semakin meninggalkan metode langsung untuk menyebarkan paham tersebut.

Secara spesifik, jelasnya, kelompok radikal atau terorisme mempunyai dua sasaran demografi saat melakukan kampanye, propaganda, dan penyebaran paham radikalisme dan terorisme serta untuk perekrutan calon pelaku teror. Kedua sasaran demografi tersebut merupakan kelompok anak muda dan kelompok usia produktif.

Sedangkan aspek penting kontra terorisme, meliputi NKRI, Pancasila, aman dan nyaman, stabilitas kekuasaan, serta sejahtera.

“Potensi kerawanan akan selalu ada di masyarakat akibat pemahaman terkait kebangsaan dangkal, selain akibat informasi yang tidak berimbang, konflik sosial (SARA), serta jurang kesenjangan,” katanya.

Ia menguraikan tentang apa saja yang perlu diperhatikan saat mengunggah konten atau informasi yang baik di media sosial, mulai dari paham temanya, pilih informasi terpercaya, membaca dengan tepat, konsultasi, menerima saran dan masukan, serta membagikan informasi jika benar.

Narasumber terakhir Moch Johan Pratama. Praktisi Psikolog dan dosen Universitas Lampung ini tampil pada sesi Etika Digital. Johan mengangkat tema “Assertive In Social Media: Etika Berkolaborasi di Ruang Digital”.

Johan menjabarkan tips menghadapi kritik di medis sosial, dengan cara tidak segera menghapus komentar dari pengikut, berikan respon cepat namun tenang, akui kesalahan dan meminta maaf jika kritis benar adanya, munculkan kesan rendah hati dan mengambil pusing, menyangkal dengan bijak, serta menginisiasi diskusi secara offline.

“Menghapus komentar dari pengikut akan membuat seseorang terkesan tidak bisa menghadapi kritik dan akan membuat kredibilitas seseorang turun. Kritik biasanya hadir karena kebutuhan ingin mendapatkan perhatian, maka segeralah memberikan perhatian tersebut. Meminta maaf jika melakukan kesalahan dengan cara yang elegan dan tulus serta tawarkan langkah perbaikan. Jika kritik yang disampaikan tidak tepat, maka berilah sangkalan dengan cara yang lebih berkelas seperti menyematkan tautan sumber yang terpercaya. Serta, sebaik-baiknya komunikasi melalui media online, empati akan lebih terasa melalui media offline,” katanya.

Webinar diakhiri oleh, YULLIE SUCITTA (Influencer dengan Followers 13,1 Ribu). Ia menyimpulkan hasil webinar dari tema yang sudah diangkat oleh para narasumber, berupa nilai inti agar jualan laku dan sukses antara lain, trafific, iklan yang ada pada setiap e-commerce dipergunakan untuk promosi jualan dengan maksimal, ukuran keranjang, dan tingkat konversi. (red)

Follow me in social media: