Lebih Banyak Digunakan untuk Percakapan Rahasia, Bagaimana Nasib Telegram Setelah Pendirinya Ditangkap?

waktu baca 2 menit
CEO Telegram, Pavel Durov ditangkap di Perancis

Gantanews.co – Pengamat telekomunikasi memperkirakan adanya potensi perpindahan pengguna dari Telegram ke platform lain jika aplikasi pesan instan itu menghadapi penutupan permanen. Hal ini menyusul berita mengejutkan tentang penangkapan pendiri Telegram, Pavel Durov, oleh otoritas Prancis pada Sabtu (24/8/2024) malam waktu setempat.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute, Heru Sutadi, mengungkapkan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia sebenarnya lebih banyak menggunakan WhatsApp untuk komunikasi sehari-hari. Sementara itu, Telegram lebih banyak digunakan untuk percakapan yang bersifat rahasia dan sensitif.

“Jika Telegram benar-benar ditutup, masyarakat pasti akan mencari alternatif lain yang bisa menjamin keamanan privasi mereka, terutama dari pengawasan aparat penegak hukum,” jelas Heru seperti dikutip dari laman Bisnis.com.

Meski begitu, Heru menambahkan bahwa situasi ini masih bergantung pada perkembangan kasus Pavel Durov di Prancis. Nasib Telegram di masa mendatang, menurutnya, akan sangat dipengaruhi oleh keputusan hukum terkait penahanan atau pembebasan pendirinya.

Sebelumnya, Telegram memang sempat dilarang di sejumlah negara akibat kebijakan perusahaan yang enggan mematuhi aturan lokal, seperti memoderasi konten atau memberikan akses kepada pemerintah dalam kasus ancaman keamanan nasional. Namun, Heru mencatat bahwa kondisi di Indonesia cenderung berbeda. Negara ini relatif tidak memiliki aturan ketat yang menghalangi penggunaan Telegram.

“Di Indonesia, Telegram sering digunakan oleh mereka yang ingin menghindari pengawasan, termasuk koruptor yang merasa lebih aman menggunakan platform ini dibandingkan WhatsApp,” tambahnya.

Kasus ini bermula dari laporan penangkapan Pavel Durov oleh otoritas keamanan Prancis di Bandara Bourget, di luar Paris, pada Sabtu malam. Pendiri sekaligus CEO Telegram itu baru saja tiba dari Azerbaijan dengan jet pribadinya saat polisi menangkapnya, sekitar pukul 8 malam waktu setempat.

Durov, miliarder berusia 39 tahun, menjadi target surat perintah penangkapan Prancis terkait kurangnya moderasi di Telegram. Akibat kelalaian moderasi ini, aplikasi tersebut dilaporkan sering disalahgunakan untuk aktivitas ilegal, termasuk pencucian uang, perdagangan narkoba, dan penyebaran konten ilegal seperti pornografi anak.

Menurut laporan BFMTV, Durov sudah jarang melakukan perjalanan ke Eropa sejak surat perintah penangkapan ini dikeluarkan. Penahanan ini pun menjadi sorotan, terutama di tengah meningkatnya ketegangan global terkait pengawasan dan regulasi platform digital.

Dengan perkembangan terbaru ini, pengguna Telegram di berbagai negara, termasuk Indonesia, mungkin akan menghadapi dilema baru terkait kelangsungan penggunaan platform tersebut. (red)

Follow me in social media: