Kejanggalan Dibalik Jatuhnya Pesawat Jeju Air: Analisis Awal dan Pertanyaan yang Belum Terjawab
Gantanews.co – Kecelakaan pesawat Boeing 737-800 milik Jeju Air pada Minggu (29/12/2024) di Bandara Internasional Muan, Korea Selatan, memunculkan berbagai pertanyaan yang belum terjawab.
Pesawat tersebut kembali usai perjalanan dari Bangkok, Thailand. Hingga Senin (30/12), total korban tewas mencapai 179 orang. Namun, dari sumber data yang sama, baru terkonfirmasi dua orang selamat dari kecelakaan nahas itu. Mereka semuanya adalah awak pesawat dan duduk di posisi paling belakang pesawat.
Baca juga: Pesawat Jeju Air Tergelincir di Bandara Muan, Korea Selatan, 28 Korban Dilaporkan Meninggal Dunia
Pesawat dengan nomor penerbangan 7C-2216 itu, yang mengangkut lebih 181 orang itu, awalnya dilaporkan mengalami insiden bird strike, kemudian gagal mendarat, keluar dari landasan dan menambrak tembok pembatas.
Namun, keraguan dari sejumlah ahli penerbangan mengarah pada kemungkinan adanya faktor lain di balik tragedi ini. Menganalisa dari rekaman video, mereka menemukan beberapa kejanggalan kecelakaan pesawat tersebut.
1. Landing Gear Tidak Berfungsi
Salah satu kejanggalan mencolok adalah kegagalan roda pendaratan (landing gear) untuk keluar. Padahal, sistem cadangan pada Boeing 737-800 seharusnya memungkinkan roda tetap dapat diturunkan secara manual. Christian Beckert, pakar keamanan penerbangan, menyatakan bahwa kegagalan semacam ini sangat jarang terjadi.
“Sistem independen pesawat memungkinkan landing gear diturunkan bahkan jika sistem hidrolik utama gagal,” ungkap Beckert, seperti dikutip dari Reuters, Senin ( 30/12).
2. Flaps Tidak Menjulur
Flaps, yang berfungsi membantu pesawat bermanuver pada kecepatan rendah dan mengurangi kecepatan saat proses pendaratan, juga terlihat tidak berfungsi. Dalam video rekaman kecelakaan, sayap pesawat tampak dalam konfigurasi bersih tanpa flaps yang menjulur. Meski sistem hidrolik rusak, backup elektrik seharusnya mampu menggerakkan flaps, meski memerlukan waktu lebih lama. Tanpa flaps, pesawat harus mempertahankan kecepatan tinggi untuk mencegah stall, yang meningkatkan risiko saat pendaratan.
3. Pendaratan dari Arah Berlawanan
Keputusan pilot untuk mendarat dari arah berlawanan juga menjadi sorotan. Pendaratan ini menghadirkan risiko tambahan karena pesawat menghadapi tailwind (angin dari belakang) alih-alih headwind (angin dari depan). Hal ini memperpendek waktu pilot untuk melakukan troubleshooting dan konfigurasi pesawat sebelum mendarat.
4. Kecepatan Tinggi saat Belly Landing
Kecepatan tinggi saat belly landing (pendaratan tanpa roda) menjadi kejanggalan lain. Dalam video yang beredar, sistem pengereman seperti spoiler dan thrust reverser tampak tidak bekerja optimal. Para ahli menduga kegagalan sistem hidrolik turut berkontribusi pada masalah ini. Tanpa flaps untuk memperlambat pesawat, risiko kecelakaan meningkat secara signifikan.
5. Struktur Beton di Ujung Runway
Keberadaan dinding beton di ujung landasan pacu juga menimbulkan tanda tanya. Struktur ini, yang dirancang sebagai tempat alat navigasi runway localizer, dianggap terlalu kokoh untuk kebutuhan keamanan. Beberapa ahli menduga desain ini dipengaruhi oleh konflik geopolitik dengan Korea Utara, di mana localizer dibuat lebih kuat untuk mengantisipasi potensi sabotase.
Proses Penyelidikan yang Berlangsung
Saat ini, otoritas penerbangan Korea Selatan bekerja sama dengan National Transportation Safety Board (NTSB) Amerika Serikat untuk menyelidiki kecelakaan ini. Kotak hitam yang berisi data penerbangan (FDR) ditemukan 2,5 jam setelah kejadian, sementara perekam suara kokpit (CVR) ditemukan tiga jam kemudian. Kapten penerbangan, yang telah mengantongi lisensi Boeing 737-800 sejak 2019, memiliki total 6.823 jam terbang, sedangkan kopilot dengan lisensi sejak 2023 telah mencatatkan 1.650 jam terbang.
Penting untuk dicatat bahwa kecelakaan pesawat biasanya melibatkan kombinasi berbagai faktor, baik teknis maupun non-teknis. Penyelidikan mendalam yang diperkirakan memakan waktu berbulan-bulan ini diharapkan dapat memberikan gambaran utuh tentang penyebab kecelakaan tragis ini. (red)