Isu Bumi Gelap 3 Hari di Bulan April: Mitos atau Fakta?

waktu baca 3 menit
North America at night viewed from space with city lights showing human activity in United States (USA), Canada and Mexico, New York, California, 3d rendering of planet Earth, elements from NASA

Baru-baru ini, sebuah isu beredar luas di media sosial yang menyatakan bahwa Bumi akan mengalami kegelapan selama 3 hari pada bulan April 2024. Isu ini menimbulkan kekhawatiran dan kebingungan di masyarakat.

Isu ini tampaknya berasal dari sebuah video di TikTok yang mengklaim bahwa Bumi akan memasuki “Sabuk Foton” pada bulan April, yang menyebabkan kegelapan selama 3 hari. Video tersebut kemudian dibagikan di berbagai platform media sosial, dan narasinya berkembang dengan berbagai spekulasi.

Di media sosial, netizen juga turut mengomentari isu ini. Sebagian besar netizen mengekspresikan keheranan dan kekaguman atas kemampuan teknologi dan sains modern dalam memecahkan dan membantah klaim-klaim yang tidak beralasan seperti ini. Beberapa netizen juga menyampaikan pesan untuk tidak mudah percaya pada informasi yang belum diverifikasi dan selalu memeriksa kebenaran informasi sebelum menyebarkannya

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah menegaskan bahwa isu Bumi gelap selama 3 hari adalah hoax. BMKG menghimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan informasi yang beredar di media sosial dan selalu mengecek kebenarannya kepada sumber terpercaya.

Menurut BMKG, fakta yang benar adalah akan terjadi fenomena Gerhana Matahari Total (GMT) pada 8 April 2024. Gerhana yang terjadi selama beberapa jam itu dapat diamati di Amerika Utara, Amerika Serikat bagian Tengah dan Kanana bagian timur. Sedangkan Indonesia tidak terlewati jalur totalitas GMT tersebut.

Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) juga menepis informasi gelapnya bumi pada 8 April mendatang.

Faktanya, klaim bahwa Bumi akan gelap selama 3 hari adalah mitos. Tidak ada bukti ilmiah yang mendukung klaim tersebut.

  • Sabuk Foton: Istilah “Sabuk Foton” tidak dikenal dalam sains. Bumi memiliki rotasi dan orbitnya sendiri, sehingga tidak mungkin seluruh permukaan Bumi mengalami kegelapan selama 3 hari. Selain itu, Matahari adalah sumber cahaya utama bagi Bumi, dan tidak ada fenomena yang dapat menyebabkan Matahari tidak bersinar selama 3 hari berturut-turut.

    Ahli Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Thomas Djamaluddin menjelaskan bahwa informasi yang beredar tersebut adalah keliru, termasuk juga istilah Photon Belt atau Sabuk Foton yang tidak diakui dalam ilmu sains.

  • Gerhana Matahari: Pada tanggal 8 April 2024, akan terjadi gerhana matahari total di Amerika Utara. Namun, gerhana ini hanya akan berlangsung beberapa menit dan tidak akan menyebabkan kegelapan di seluruh dunia.

    Thomas menyebut  fenomena yang justru akan terjadi pada 8 April 2024 mendatang adalah Gerhana Matahari Cincin yang akan dirasakan di beberapa negara diantaranya Canada dan Amerika Serikat. Puncak Gerhana matahari cincin hanya mengakibatkan minimnya cahaya. Namun, dalam tempo sementara.

BMKG menghimbau masyarakat untuk tidak mudah percaya dengan informasi yang beredar di media sosial dan selalu mengecek kebenarannya kepada sumber terpercaya. BMKG menyediakan layanan cek fakta melalui situs web dan media sosialnya untuk membantu masyarakat memverifikasi kebenaran informasi. (int)