Israel Serang Iran, AS Dukung: Apa yang Terjadi Selanjutnya dalam Konflik dengan PBB?”

waktu baca 3 menit
Serangan Israel ke Beirut, Lebanon (foto: AFP)

Gantanews.co – Militer Israel mengumumkan telah melancarkan serangan presisi terhadap sasaran militer di Iran, Sabtu (26/10) pukul 02.30 dinihari waktu setempat. IRNA, kantor berita resmi Pemerintah Iran mengatakan bahwa beberapa pangkalan militer di barat dan barat daya Teheran telah menjadi sasaran.

IRNA melaporkan bahwa ledakan kuat terdengar di sekitar ibu kota, Teheran, tanpa memberikan rincian penyebab ledakan tersebut.

“Beberapa menit lalu, suara ledakan keras terdengar di sekitar Tehran, namun sumber suara tersebut belum jelas,” seperti dilaporkan oleh TV negara Iran.

Selain itu, seorang reporter AFP juga mengonfirmasi mendengar suara ledakan di Teheran

Tindakan ini merupakan balasan atas serangan rudal balistik yang diluncurkan Iran pada 1 Oktober 2024.

Menurut pernyataan resmi Pasukan Pertahanan Israel (IDF), mereka mengklaim serangan itu sebagai bentuk pertahanan diri.

“Dalam menanggapi serangan yang terus-menerus dari rezim Iran terhadap Negara Israel, kami sedang melakukan serangan presisi terhadap sasaran militer di Iran,” tulis IDF seperti dilaporkan oleh AFP.

Sejak terjadinya serangan besar pada 7 Oktober 2023, Israel terlibat dalam konflik intensif dengan Hamas yang didukung oleh Iran, serta memperluas operasi militernya ke Lebanon untuk menjaga perbatasan utara dari ancaman Hizbullah.

Dalam situasi yang semakin tegang ini, juru bicara militer Israel, Daniel Hagari, mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan berhati-hati. Di sisi lain, media pemerintah Iran melaporkan suara ledakan kuat yang terdengar di sekitar ibu kota, Teheran, tanpa menyebutkan rincian lebih lanjut.

Sementara itu, laporan dari media Suriah, SANA, menyebutkan bahwa pertahanan udara Suriah berhasil mencegat target musuh di dekat ibu kota Damaskus, di mana juga terdengar suara ledakan.

Reaksi AS terhadap Serangan Israel

Amerika Serikat (AS) merespons serangan tersebut dengan menyatakan bahwa tindakan Israel adalah “bentuk pertahanan diri” atas serangan dari Iran. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS, Sean Savett, menegaskan bahwa serangan yang dilakukan Israel terhadap target militer di Iran adalah langkah pembelaan diri yang sah.

Sebelum serangan dilakukan, pejabat Gedung Putih mengonfirmasi bahwa Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris telah diberi laporan. Meskipun AS mengklaim sudah diberitahu tentang rencana serangan ini, mereka menolak untuk dianggap terlibat langsung.

Konflik dengan PBB Semakin Memanas

Ketegangan antara Israel dan PBB kembali memuncak, dengan serangkaian serangan terhadap posisi Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL). UNIFIL melaporkan bahwa posisi mereka telah diserang 12 kali oleh Israel, termasuk penggunaan fosfor putih, yang dikecam oleh kelompok hak asasi manusia.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, menuduh Hizbullah menggunakan UNIFIL sebagai “perisai manusia,” sedangkan Menteri Energi, Eli Cohen, menyebut PBB sebagai “organisasi gagal.” UNIFIL menegaskan bahwa kehadiran mereka di Lebanon berdasarkan mandat PBB untuk menjaga perdamaian dan stabilitas di kawasan tersebut.

Sejak Netanyahu dan Partai Likud berkuasa pada 2009, hubungan Israel dengan PBB semakin tegang, terutama dengan kehadiran faksi sayap kanan dan ultra-ortodoks yang menantang legitimasi PBB. Di tengah ketegangan ini, sebuah rancangan undang-undang sedang dibahas untuk melarang UNRWA, badan bantuan terbesar di Gaza.

Di lain pihak, Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, dilarang masuk ke Israel karena dianggap gagal mengutuk serangan rudal Iran. Dalam pandangan pengamat, upaya untuk mendeligitimasi PBB telah berlangsung selama beberapa dekade, dan pengawasan terhadap Israel dalam konteks hak asasi manusia semakin tajam. (red)

Follow me in social media: