Ini Tentang Sapi: Madura Bisa, Mengapa Lampung Tidak!

waktu baca 2 menit
Sebutan 'Lampung Penyangga Daging Sapi Nasional' hanya sekadar bunyi-bunyian yang tentu saja tidak dapat dibanggakan. Tidak punya ruh, hingga kita tidak tahu sapi yang katanya banyak itu ada di mana.

GANTANEWS.C0 – Lampung berjaya, karena provinsi ini kaya akan komoditi pangan. Lampung lima besar penghasil padi di Indonesia dan menjadi produsen jagung terbesar bersama Provinsi Gorontalo.

Selain itu, Provinsi Lampung juga menjadi penghasil daging sapi terbesar di Tanah Air, bahkan ikut memasok kebutuhan daging dunia.

Asal tahu saja, rendang yang terkenal paling enak di dunia berasal dari daging sapi Lampung yang diproduksi oleh industri peternakan sapi di daerah ini.

Lampung adalah lumbung daging sapi. Hampir semua orang di DKI Jakarta mengomsumsinya, termasuk Presiden Jokowi.

Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi pun pernah sengaja datang ke provinsi ini. Dia minta daging sapi, lantaran daerahnya tidak mampu memenuhi daging sapi.

Mahyeldi datang ke Lampung pada Jumat, 11 November 2021 lalu. Ia datang penuh harap, bahkan sempat menelisik (benchmarking) ke lokasi peternakan sapi PT Juang Jaya Abdi Alam, Lampung Selatan.

Kini, menjelang Idul Adha, tentu kebutuhan sapi di Ranah Minangkabau sedang tinggi. Biasanya, kata Mahyeldi, kampung halamannya membutuhkan 50 ribu sapi untuk kebutuhan Hari Raya Idul Adha, apalagi Idul Fitri, bisa lebih banyak lagi.

Kebutuhan daging sapi kurban di Sumatera Barat memang selalu naik berlipat-lipat saat jelang hari raya Idul Adha karena masyarakat di Sumbar sejak dulu mentradisikan menyembelih sapi. Kambing jarang sekali.

Meski disebut berlimpah daging sapi, tapi Provinsi Lampung tetap harus dikritik. Bukan karena harga daging sapi di sini sama mahalnya dengan daerah lain, melainkan karena tidak adanya kebanggaan masyarakat terhadap sebutan ‘Lampung Penyangga Daging Sapi Nasional’.

Mengapa demikian?

Lampung dikenal sebagai daerah banyak begal. Pemberitaan soal kejahatan itu ramai dikabarkan media setiap hari, tersiar ke mana-mana dan selalu menjadi isu penting setiap pergantian komandan polisi.

Berita soal keberhasilan Lampung menjadi produsen sapi terbesar hanya muncul sekali-kali, biasanya kalau ada menteri. Itu pun dipromosikan dalam bentuk narasi dan angka-angka atau data statistik yang sulit dipahami.

Sebutan ‘Lampung Penyangga Daging Sapi Nasional’ hanya sekadar bunyi-bunyian yang tentu saja tidak dapat dibanggakan. Tidak punya ruh, hingga kita tidak tahu sapi yang katanya banyak itu ada di mana.

Provinsi Lampung tak pandai memanfaatkan momentum. Tidak jeli dan miskin kreasi.

Bayangkan, bila ada kontes ‘sapi ganteng cantik’ ada di sini. Ini lebih menarik dan menguatkan sebutan masyur “Lampung Produsen Sapi” menjadi lebih membumi.

Madura bisa, mengapa Lampung Tidak!

(iwaganta)

Follow me in social media: