InaTEWS: Penjaga Terdepan Indonesia dari Ancaman Tsunami Megathrust

waktu baca 3 menit
Peta zona megathrust Mentawai-Siberut, megathrust Selat Sunda, dan 11 zona megathrust lainnya di wilayah Indonesia

Gantanews.co – Indonesia merupakan negara yang dikelilingi oleh zona-zona megathrust yang berpotensi menimbulkan gempa besar dan tsunami. Mengingat potensi bahaya yang dapat terjadi sewaktu-waktu, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) terus mengandalkan sistem Indonesia Tsunami Early Warning System (InaTEWS) sebagai garda terdepan dalam mendeteksi dan memberikan peringatan dini terkait bencana ini.

Dikutip dari Antara, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono, menjelaskan bahwa sistem InaTEWS telah terbukti efektif dalam memonitor dan menyebarluaskan informasi terkait gempa dan tsunami secara cepat dan akurat. Daryono menegaskan bahwa teknologi ini memungkinkan BMKG untuk segera merespons setiap aktivitas tektonik di zona megathrust, terutama di segmen Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.

“Sensor-sensor InaTEWS yang tersebar di berbagai titik strategis, baik di darat maupun laut, sudah terintegrasi dengan berbagai instansi, sehingga informasi terkait gempa bumi dan peringatan dini tsunami bisa langsung disebarluaskan ke seluruh Indonesia,” ujarnya.

Tidak hanya di dalam negeri, InaTEWS juga telah menunjukkan kemampuan untuk memantau aktivitas tektonik di luar wilayah Indonesia. Salah satu buktinya adalah saat gempa berkekuatan 7,1 magnitudo mengguncang zona megathrust Nankai di Jepang pada 8 Agustus 2024, sistem ini berhasil mendeteksi dampak yang terjadi.

Keakuratan sistem InaTEWS didukung oleh berbagai peralatan canggih seperti sismometer, accelerometer, dan 56 unit intensitymeter yang dioperasikan BMKG di seluruh jaringan monitoring gempa bumi kuat di Indonesia. Hal ini menjadikan InaTEWS sebagai andalan utama dalam upaya mitigasi dampak gempa dan tsunami.

Aktivitas tektonik di zona megathrust segmen Selat Sunda dan Mentawai-Siberut masih menjadi ancaman terbesar bagi Indonesia. Kedua segmen ini sudah ratusan tahun tidak mengalami gempa besar, sehingga para ilmuwan memperkirakan hanya tinggal menunggu waktu saja hingga potensi gempa dengan magnitudo besar terjadi. Potensi tersebut diperkirakan mencapai 8,7 magnitudo di segmen Selat Sunda dan 8,9 magnitudo di segmen Mentawai-Siberut.

Daryono menjelaskan bahwa megathrust adalah zona pertemuan antar-lempeng tektonik yang dapat memicu gempa kuat dan tsunami. Indonesia sendiri dikelilingi oleh 13 zona megathrust yang tersebar di berbagai wilayah berdasarkan peta sumber bahaya gempa (PuSGen) tahun 2017.

Menanggapi ancaman ini, BMKG tidak hanya fokus pada peningkatan sistem pemantauan, tetapi juga gencar melakukan edukasi dan pelatihan mitigasi kepada pemerintah daerah dan masyarakat. Kegiatan seperti sekolah lapang gempa bumi dan tsunami (SLG), pembentukan masyarakat siaga tsunami, serta program BMKG Goes to School (BGTS) menjadi salah satu upaya BMKG dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya gempa dan tsunami.

Selain itu, BMKG juga terus menyosialisasikan pentingnya penggunaan rumah tahan gempa, terutama di daerah-daerah rawan seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat. Upaya ini diharapkan dapat meminimalisir dampak yang ditimbulkan jika bencana terjadi. (red/net)

 

Follow me in social media:
adv adv
error: Content is protected !!