Ida Jaya Adalah Putri Nuban, Kakeknya Seorang Pesirah

waktu baca 3 menit

GANTANEWS.CO, Lampung Timur – Ida Jaya mendadak jadi perbincangan publik di Lampung Timur (Lamtim) dan Metro belakangan ini. Itu setelah ia mencalonkan dirinya sebagai Calonkada.

Karena memang baru terdengar, orang pun bertanya siapa wanita ini. Dan apa hubungannya dengan Nuban.

Nah, untuk menjawab pertanyaan warga tentang Ida Jaya dan siapa Putri Nuban, tim gantanews.co mengadakan penelusuran asal muasal dari zaman buyutnya, kakek dan orang tuanya.  Dari hasil penelusuran, ternyata  Hj. Ida Jaya, S.E., M.M., memang disebut sudah pantas mewakili Puteri Nuban.

Lalu apa Pesirah? Pesirah (Belanda: margahoofd) adalah Kepala Pemerintahan Marga pada masa Hindia Belanda di wilayah Zuid Sumatra (Sumatra Selatan yang wilayahnya bukan seperti saat ini). Pesirah merupakan seorang tokoh masyarakat yang memiliki kewenangan memerintah beberapa desa.

Istilah pesirah di Sumatera Selatan masih digunakan hingga tahun 1970-an. Itu karena perundang-undangan di Sumatra Selatan masih dipengaruhi oleh peraturan-peraturan yang bersumber dari kebijakan Hindia Belanda, dan dahulupun Lampung bagian dari daerah Sumbagsel.

Menurut keterangan Muhammad Ali Efendi gelar Suttan Pengiran Junjungan Nuban, tokoh adat Desa Bumi Jawa Kecamatan Batanghari Nuban Kabupaten Lampung Timur, Sabtu (15/08/20), Buyut  Ida Jaya merupakan pesirah yang telah menyerahkan kepada Residen untuk membentuk daerah persil atau Bedeng.

“Daerah yang diserahkan oleh buyut Ida Jaya pada waktu itu dari Jojog sampai dengan Trimurjo,”ungkapnya.

Suttan Pengiran Junjungan Nuban mengatakan, Kakek Ida Jaya yakni Hi. Ahmad juga seorang pesirah.

“Kalau orang asli Metro tentu paham dengan sosok Ida Jaya. Cucu dari Pesirah Bumi Jawa ini masa kecilnya di Metro. Dalam catatan sejarah, Pesirah yang memasukan warga dari Jawa sebelum Kolonisasi. Lokasinya terkenal dengan sebutan 32. Bukan bedeng 32 tetapi terjadi di tahun 1932 yakni masyarakat di Jojog Swadaya. Pesirah berjasa karena beliau yang mengijinkan wilayah hak ulayat Marga Nuban digunakan untuk Kolonisasi. yakni Punggur, Metro, Batanghari.

Sementara ayah dari Ida Jaya adalah Baheramsyah Sampurna Jaya merupakan pejabat terlama di Agraria Lampung Tengah kala itu. Kabupaten masih belum pisah dan beliau menyukseskan pemekaran wilayah terkait batas wilayah serta ijin Marga.

“Bila kita memiliki sertifikat tanah, coba dibuka Hak asal muasal tanah. Tertulis, Hak Ulayat Adat. Jadi kesimpulannya, Ibu Ida memiliki sejarah di Kota Metro dan jangan lupa Ikon Metro adalah Puteri Nuban. Semua itu leluhur  Ida Jaya,” tuturnya.

Di tempat terpisah, Wazir Mashur, S.Ag., gelar Suttan Duta tokoh adat Bumi Tinggi Marga Nuban mengatakan bahwa Hj.Ida Jaya, S.E., M.M., sudah pantas mewakili sebagai puteri Nuban karena sejarah turun temurun.

“Ida Jaya sudah pantas menyandang nama Puteri Nuban, mengingat silsilah turun temurun dari buyut, kakek dan bapak, berperan bagi marga Nuban, hak ulayat Metro memang punya warga Nuban,” ungkapnya. (Red/Ahmad)

Follow me in social media: