Hati Terenyuh, Dosen UAD Asal Lampung Ini Prihatin Atas Maraknya Kasus Bunuh Diri di Lampung

waktu baca 4 menit
Amien Wahyudi, Dosen Bimbingan Konseling UAD Yogyakarta

Gantanews.co – Lampung tengah dirundung duka. Dalam kurun waktu sepuluh hari terakhir, deretan kasus bunuh diri mengguncang Bumi Ruwai Jurai. Mulai dari pelajar hingga pekerja, tak terkecuali, nekat mengakhiri hidupnya. Lampung darurat kesehatan mental? Apa yang sebenarnya terjadi?

Catatan Gantanews.co, sejak Jumat (19/7/2024), setidaknya 8 kejadian bunuh diri, dengan 7 nyawa melayang akibat tindakan nekat tersebut.

Kejadian pertama terjadi di Desa Sidowaluyo, Lampung Selatan, pada Jumat (19/7/2024) di mana seorang pria berinisial M (38) ditemukan tewas gantung diri setelah istrinya kabur membawa uang pinjaman miliaran rupiah. Kasus serupa terus bermunculan di berbagai wilayah di Lampung, dengan motif yang beragam. Ada yang disebabkan oleh masalah ekonomi, percintaan, hingga depresi. Yang paling mengkhawatirkan adalah kasus bunuh diri yang melibatkan pelajar.

Sabtu (20/7/2024), seorang pria berinisial A (37), warga Langkapura, Kota Bandar Lampung, ditemukan tewas gantung diri di kandang ayam. Di lingkungan setempat, korban dikenal sebagai sosok yang pendiam. Selang sehari, Minggu (21/7/2024), pukul 09.00 WIB, seorang wanita bernama AT (19) ditemukan tewas gantung diri di rumah kontrakannya oleh sang suami. Ironisnya, setelah menemukan istrinya, sang suami justru melarikan diri dan tidak ditemukan di lokasi kejadian.

Esoknya, Senin (22/7/2024), pukul 14.20 WIB, Es (29), warga Kota Baru, Tanjungkarang Timur, mencoba bunuh diri dengan menabrakkan diri ke rangkaian kereta api yang sedang melintas di perlintasan Jalan Gajah Mada, Bandar Lampung. Meski selamat, korban mengalami luka serius dan tangan kanannya putus terkena rangkaian Kereta Api Babaranjang.

Selasa (23/7/2024), pria bernama EP (34), warga Desa Surabaya Udik, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Lampung Timur, ditemukan gantung diri di pohon sengon di areal perladangan. Diduga, korban depresi akibat perceraian dan mantan istrinya menikah lagi. Pada hari yang sama, seorang wanita paruh baya bernama Jumiati (42), warga Kecamatan Sekampung Udik, Kabupaten Lampung Timur, ditemukan gantung diri di rumahnya karena depresi terlilit hutang.

Warga Bandar Lampung kembali dikagetkan dengan kasus bunuh diri lagi. Rabu (24/7/2024), kasus gantung diri kembali terjadi di Kota Bandar Lampung. Korban ARH (16), siswa SMP, ditemukan tewas oleh ibunya dengan seutas tali yang dikaitkan pada kusen pintu kayu rumahnya di Kecamatan Sukarame. ENZ (24), mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Raden Intan, ditemukan tewas gantung diri di sebuah gubuk kosong dekat kosannya, tepatnya di belakang ATM Center Universitas Lampung (Unila) Jalan Prof Sumantri Brojonegoro, Gedong Meneng, Bandar Lampung, Sabtu (27/7/2024).

Tanggapan Akademisi:

Menurut Amien Wahyudi, Dosen Bimbingan dan Konseling Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta, fenomena bunuh diri ini bisa disebabkan oleh rendahnya resiliensi atau kemampuan seseorang untuk bangkit dari keterpurukan menjadi salah satu faktor utama.

“Resiliensi adalah kapasitas individu untuk tidak mudah ‘patah’ dan bangkit kembali saat menghadapi masalah,” jelas Amien ketika dihubungi Gantanews.co, Minggu (28/7/2024).

Ia pun terenyuh dengan fenomena maraknya kasus bunuh diri yang terjadi di tempat kelahirannya dalam beberapa hari ini. Amien juga menekankan pentingnya perhatian lingkungan sekitar.

“Orang-orang yang mengetahui bahwa individu tersebut memiliki masalah harus menunjukkan kepedulian dengan memperhatikan tingkah lakunya dan melaporkan kondisi tersebut kepada pihak yang berwenang,” sambungnya.

Amien, yang merupakan putra asli Lampung asal Way Kanan dan lulusan Universitas Lampung, menambahkan bahwa resiliensi dapat dilihat dari beberapa aspek, seperti memiliki tujuan hidup, menyadari bahwa hidup setiap individu unik, memiliki dukungan keluarga atau lingkungan yang baik, serta memiliki nilai-nilai spiritual dalam kehidupan.

“Ketika aspek-aspek ini baik, individu cenderung mampu bertahan dan bangkit saat menghadapi masalah, dan tidak mudah mengambil jalan pintas seperti bunuh diri,” kata Amien.

Amien menggarisbawahi pentingnya peran pemerintah dalam menyediakan layanan kesehatan mental di pusat-pusat pelayanan kesehatan seperti Puskesmas.

“Dengan akses layanan kesehatan mental yang mudah dan cepat, individu yang memiliki masalah kesehatan mental dapat segera mendapatkan bantuan yang dibutuhkan,” pungkasnya.

Fenomena bunuh diri yang terjadi di Lampung ini menjadi pengingat bagi kita semua untuk lebih peka dan peduli terhadap kondisi mental orang-orang di sekitar kita. Pemerintah dan masyarakat harus bekerja sama untuk mencegah tragedi ini terulang kembali. (red)