Hasil Produksi Kakao Unggul Dua Kali Lipat dari Kakao Lokal

waktu baca 1 menit
Foto: Sugihartono, pelatih sekolah lapang kakao sedang mempraktikkan cara sambung samping menggunakan klon unggul ke batang kakao lokal di Desa Sukamarga, Suoh. (rls)

LAMPUNG BARAT – Sugihartono, pengajar dalam program Sekolah Lapang Kakao di Sukamarga dan Bumi Hantatai menyatakan bahwa produksi kakao di Kecamatan Suoh masih belum maksimal.

Hal tersebut senada dengan data yang ditampilkan Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Barat. Jumlah produksi kebun kakao tahun 2018 di Kecamatan Suoh sebanyak 1,4 ton per tahun yang dihasilkan dari 290.6 hektar kebun kakao yang produktif. Sementara masih terdapat 86,8 hektar kebun kakao yang belum menghasilkan.

Foto: Perbedaan ukuran dari biji kakao lokal (kiri) dan biji kakao unggul (kanan) hasil tanam di Suoh. (rls)

“Di Desa Sukamarga 1 Hektar kebun kakao hanya menghasilkan 1-2 ton per tahun. Padahal dengan perawatan yang baik dan penggunaan bibit unggul, 1 hektar dapat menghasilkan dua kali lipatnya, yaitu sebanyak 3-4 ton per tahun,” ujar Sugihartono ketika ditemui di salah satu lokasi kebun peserta pelatihan Sekolah Lapang Kakao di Desa Sukamarga.

Foto: Klon kakao unggul disambung dengan batang kakao lokal di Desa Sukamarga, Suoh. (rls)

Ia menjelaskan bahwa ada nilai tambah yang cukup tinggi untuk biji kakao yang dijual dalam keadaan kering dan setelah difermentasi. Di Suoh, harga kakao basah asalan 16.000 per kg. Jika dijual kering, harganya 20.000 hingga 26.500. Sementara kalau kakao unggul yang sudah difermentasi, harganya meningkat menjadi 40.000 hingga 60.000 per kg. (rls)

Follow me in social media:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *