Harga Bitcoin Merosot Akibat Lonjakan Imbal Hasil Obligasi AS
Gantanews.co – Harga Bitcoin mengalami penurunan signifikan menyusul lonjakan imbal hasil obligasi pemerintah Amerika Serikat (US Treasury). Pantauan Gantanews.co, berdasarkan data Coin Metrics, pada penutupan perdagangan Selasa (7/1), harga Bitcoin turun 5% ke level US$ 96.525 atau setara Rp 1,56 miliar. Penurunan ini turut menyeret harga Ethereum yang anjlok 8% serta indeks pasar mata uang kripto CoinDesk 20 yang merosot 7%.
Selain itu, saham-saham terkait mata uang kripto juga ikut terpukul. Coinbase dan MicroStrategy masing-masing mengalami penurunan lebih dari 8% dan 9%. Sementara itu, saham perusahaan penambang Bitcoin seperti Mara Holdings dan Core Scientific mencatat penurunan masing-masing sebesar 7% dan 6%.
Faktor Penyebab Penurunan
Menurut laporan CNBC, penurunan harga mata uang kripto terjadi setelah imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan tenor sepuluh tahun melonjak. Kenaikan ini dipicu oleh data dari Institute for Supply Management yang menunjukkan pertumbuhan sektor jasa AS pada bulan Desember lebih cepat dari yang diperkirakan. Situasi ini memicu kekhawatiran tentang inflasi yang lebih tinggi, sehingga membebani aset-aset berisiko seperti kripto.
Kenaikan imbal hasil obligasi seringkali memberikan tekanan pada aset berorientasi pertumbuhan. Pada Senin (6/1), Bitcoin masih diperdagangkan di atas level US$ 102.000 atau sekitar Rp 1,65 miliar. Meski demikian, tekanan pasar membuat harga terus terkoreksi.
Prospek dan Tantangan Bitcoin
Para analis masih optimis bahwa Bitcoin berpotensi mengalami kenaikan hingga dua kali lipat pada tahun ini. Harapan investor terletak pada regulasi yang lebih jelas untuk mendukung aset digital, yang juga diharapkan membawa keuntungan bagi saham perusahaan seperti Coinbase dan Robinhood.
Namun, ketidakpastian terkait kebijakan suku bunga Federal Reserve dapat menjadi tantangan bagi pasar kripto. Pada Desember 2024, bank sentral AS mengindikasikan bahwa penurunan suku bunga pada 2025 mungkin lebih kecil daripada yang diperkirakan sebelumnya. Secara historis, penurunan suku bunga cenderung memberikan dorongan positif bagi Bitcoin, sementara kenaikan suku bunga berdampak sebaliknya.
Performa Bitcoin Awal Tahun
Meski sedang tertekan, harga Bitcoin telah mencatat kenaikan lebih dari 3% sejak awal tahun 2025. Sepanjang 2024, Bitcoin bahkan membukukan kenaikan impresif sebesar 120%, menunjukkan daya tariknya sebagai aset investasi jangka panjang di tengah dinamika pasar yang terus berubah. (red)