Gantanews.co – Harga Bitcoin (BTC) kembali menunjukkan kekuatannya, mendekati angka tertinggi dalam tiga minggu terakhir. Berdasarkan data dari Cointelegraph Markets Pro dan TradingView, harga Bitcoin di bursa Bitstamp mencapai hampir US$63.500 atau setara Rp 965,3 juta (dengan kurs Rp 15.202/US$). Kenaikan ini dipicu oleh pelonggaran kebijakan keuangan Amerika Serikat, di mana The Federal Reserve (The Fed) mengumumkan penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin pada Rabu (18/9). Langkah ini memicu sentimen positif di pasar, tidak hanya untuk Bitcoin tetapi juga pada ekuitas dan emas, yang mengalami peningkatan ke level tertinggi baru.
Euforia Pasar Setelah Penurunan Suku Bunga
Efek dari pengumuman The Fed terus terasa di berbagai sektor. Indeks S&P 500 hampir mencapai rekor tertinggi sepanjang masa, sementara pasangan BTC/USD mulai menunjukkan kekuatan dan bergerak menuju level resistensi utama. Ini menjadi momen krusial, mengingat Bitcoin terus mendekati rekor harga puncak yang pernah dicapai pada bulan Maret lalu.
Menurut buletin terbaru dari perusahaan perdagangan QCP Capital, kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dengan tenor dua tahun dan sepuluh tahun mencerminkan optimisme pasar yang semakin kuat. Kenaikan tajam sebesar 8 bps menunjukkan bahwa aset berisiko, seperti Bitcoin, kembali menarik minat para investor.
“Penurunan suku bunga The Fed ini adalah bagian dari rencana yang lebih besar, dengan dua pemangkasan lagi yang diharapkan sebelum akhir tahun,” tulis QCP Capital dalam laporan mereka.
Komentar Para Analis: Bitcoin Berpeluang Lanjut Naik
Optimisme mengenai harga Bitcoin juga muncul dari berbagai pelaku pasar. Pialang dan komentator kripto populer, Byzantine General, menilai pasar spot Bitcoin saat ini cukup kuat. Sementara itu, Michaël van de Poppe, seorang analis dan pengusaha kripto terkemuka, mengatakan bahwa Bitcoin masih dalam kondisi baik.
“Saya memperkirakan kita akan mengalami konsolidasi sebelum melanjutkan kenaikan. Sejak Ketua The Fed, Jerome Powell, memberikan pernyataan, pasar terus bergerak naik. Ini adalah momen yang bagus untuk membeli di saat harga mengalami koreksi,” ujarnya dalam unggahan di X (Twitter).
Sumber data pemantauan CoinGlass juga menunjukkan adanya resistensi di sekitar level US$64.000 atau Rp 972,9 juta. Level ini dipandang sebagai target harga berikutnya untuk Bitcoin pasca kebijakan The Fed.
Institusi Mulai Mengurangi Penjualan Bitcoin
Di tengah arus campuran untuk dana yang diperdagangkan di bursa (ETF) Bitcoin spot di AS, data terbaru menunjukkan adanya perubahan perilaku di kalangan institusi. Berdasarkan informasi yang diunggah Ki Young Ju, pendiri platform analitik on-chain CryptoQuant, ada perlambatan signifikan dalam tingkat shorting Bitcoin oleh investor institusional.
“Institusi tidak lagi melakukan shorting Bitcoin secara agresif,” ungkap Ki Young Ju di X, menyoroti pergeseran sikap di kalangan investor besar.
Meskipun demikian, ETF spot Bitcoin di AS mencatat arus keluar bersih pada 18 September, yang kontras dengan arus masuk bersih sebesar US$187 juta (Rp 2,8 triliun) sehari sebelumnya, menurut Farside Investors, perusahaan investasi berbasis di Inggris.
Bitcoin Menuju Tren Bullish Baru?
Dengan optimisme yang terus tumbuh di pasar dan kebijakan The Fed yang lebih akomodatif, para pedagang dan analis memperkirakan bahwa Bitcoin memiliki peluang besar untuk melanjutkan tren kenaikannya. Meski ada hambatan di sekitar level resistensi, prospek positif dari pelonggaran kebijakan moneter dan berkurangnya aksi shorting dari institusi memberikan angin segar bagi para investor.
Apakah Bitcoin akan terus naik dan menembus level US$64.000? Hanya waktu yang akan menjawab, namun sentimen pasar saat ini jelas berada di sisi optimis. (red/i)