Gantanews.co – Dua anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) yang bertugas sebagai penjaga perdamaian dibawah naungan United Nations Interim Force in Lebanon (UNIFIL) terluka akibat serangan militer Israel terhadap markas mereka di Naqoura, Lebanon, pada Kamis malam (10/10). Serangan ini terjadi sekitar pukul 05.05 waktu setempat dan melibatkan tembakan dari tank Merkava yang menyasar menara observasi di lokasi tersebut.
Menteri Luar Negeri RI, Retno Marsudi, dalam pernyataannya disela-sela KTT ke-45 ASEAN di Vientiane, Laos, mengonfirmasi bahwa kedua prajurit tersebut mengalami luka ringan saat melakukan pemantauan di menara observasi.
“Keduanya segera mendapatkan perawatan di rumah sakit terdekat dan saat ini dalam kondisi baik,” ujar Retno.
Retno menekankan bahwa serangan ini merupakan pelanggaran berat terhadap hukum humaniter internasional dan Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701, yang menjadi dasar mandat UNIFIL untuk mendukung stabilitas di Lebanon.
“Pasukan dan properti UNIFIL, serta keselamatan personelnya, harus dihormati oleh semua pihak, termasuk Israel,” tambahnya.
Menurut laporan UNIFIL, selain menara observasi, serangan Israel juga merusak pintu masuk bunker dan sistem komunikasi mereka. Tindakan agresif ini menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada kendaraan operasional UNIFIL. Dalam laporan terpisah, beberapa sumber intelijen menyatakan bahwa serangan tersebut menargetkan tiga pangkalan UNIFIL, termasuk pangkalan yang dikelola oleh kontingen Italia.
Reaksi internasional terhadap serangan ini cukup keras. Banyak negara yang mengirimkan pasukan ke UNIFIL, termasuk Italia, Spanyol, dan Kanada, mengecam tindakan Israel sebagai pelanggaran serius terhadap hukum internasional. Italia bahkan memanggil duta besar Israel untuk menyampaikan protes resmi.
Di sisi lain, Amerika Serikat hanya menyatakan “kekhawatiran mendalam” tentang insiden ini. Juru bicara Dewan Keamanan Nasional AS menjelaskan bahwa Israel sedang melakukan operasi yang ditargetkan di dekat Garis Biru untuk menghancurkan infrastruktur Hizbullah, tetapi penting untuk memastikan keselamatan penjaga perdamaian PBB tidak terancam.
Retno menegaskan, Indonesia menyerukan penyelidikan menyeluruh terhadap serangan ini dan meminta semua pihak untuk menjamin penghormatan terhadap wilayah yang dilindungi PBB dalam segala kondisi.
“Kami mengutuk serangan ini dan berharap pelakunya dapat bertanggung jawab atas tindakan melawan hukum internasional,” tutupnya.
Insiden ini menunjukkan ketegangan yang masih berlangsung di kawasan dan menyoroti risiko yang dihadapi oleh pasukan penjaga perdamaian dalam menjalankan tugas mereka. Dengan seruan untuk penyelidikan dan penegakan hukum internasional, dunia internasional diharapkan dapat memberikan perhatian yang lebih besar terhadap situasi di Lebanon dan mendukung upaya pemulihan stabilitas di kawasan tersebut. (Red)