Dokumen Rahasia JFK Ungkap Peran CIA di Indonesia: Jakarta, Surabaya, dan Medan Jadi Pangkalan Intelijen?

waktu baca 3 menit
(Foto: X/@RT_com)

Gantanews.co – Pemerintah Amerika Serikat akhirnya merilis dokumen rahasia terkait pembunuhan Presiden ke-35 AS, John F. Kennedy (JFK), yang terjadi pada 1963. Dokumen ini dirilis tanpa sensor oleh Presiden Donald Trump pada Selasa (18/3/2025), sebagai bagian dari komitmennya terhadap transparansi.

Dalam rilis terbaru ini, sebanyak 80.000 halaman dokumen telah dipublikasikan di situs Arsip Nasional AS. Salah satu temuan menarik adalah informasi mengenai aktivitas Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Dalam unggahan akun @RT_com di media sosial X, disebutkan ada 3 kota di Indonesia yang dijadikan pangkalan intelijen CIA.

Selain itu, laporan The New York Post menyebutkan bahwa dokumen tersebut mengungkap jaringan operasi CIA di berbagai belahan dunia pada era 1960-an. Dalam daftar tersebut, tiga kota besar di Indonesia—Jakarta, Surabaya, dan Medan—disebut terkait dengan aktivitas intelijen AS. Ketiga kota itu tercatat dalam divisi FE (Far East) yang mencakup wilayah Asia Timur dan Tenggara.

Tak hanya Indonesia, kota-kota lain di Asia Tenggara seperti Kuala Lumpur dan Singapura juga masuk dalam daftar pangkalan CIA. Bahkan, Tokyo dan Seoul disebut dalam konteks pemantauan intelijen terkait situasi politik di kawasan tersebut pada masa Perang Dingin.

Fakta Baru atau Sekadar Memperjelas?

Meski jumlah dokumen yang dirilis sangat besar, para peneliti dan sejarawan menilai bahwa sebagian besar informasi yang diungkap lebih bersifat memperjelas temuan yang sudah ada sebelumnya, bukan mengungkap fakta yang benar-benar mengejutkan.

Gerald Posner, penulis buku “Case Closed: Lee Harvey Oswald and the Assassination of JFK” (1993), mengaku telah membaca sekitar 22.000 halaman dokumen tersebut. Namun, ia belum menemukan informasi yang benar-benar mengubah pemahaman publik tentang kasus JFK.

“Saya belum melihat sesuatu yang benar-benar mengubah perspektif kita. Pertanyaan terbesar adalah mengapa dokumen-dokumen ini diklasifikasikan begitu lama,” kata Posner.

Sebagian dokumen juga menyoroti dugaan keterlibatan kelompok kecil di CIA dalam pembunuhan JFK serta kemungkinan hubungan Lee Harvey Oswald dengan dinas intelijen Soviet. Namun, temuan ini masih membutuhkan analisis lebih mendalam.

Butuh Penelitian Lebih Lanjut

David Barrett, profesor ilmu politik di Universitas Villanova, menyatakan bahwa dokumen yang dirilis ini memerlukan penelitian lebih lanjut agar dapat dipahami secara menyeluruh.

“Rilis dokumen ini cukup signifikan, tetapi tanpa analisis mendalam, publik akan kesulitan memahami implikasi sebenarnya,” ujarnya, dikutip dari CBS News.

Sementara itu, Larry Sabato, direktur Pusat Politik Universitas Virginia, menyebut bahwa timnya masih meneliti dokumen-dokumen tersebut, khususnya yang berkaitan dengan operasi CIA di Kuba atau kemungkinan keterlibatan badan intelijen itu terhadap Oswald sebelum pembunuhan JFK.

98 Persen Dokumen JFK Kini Terbuka untuk Publik

Dinas Arsip dan Administrasi Catatan Nasional AS mengonfirmasi bahwa hingga saat ini, sekitar 98 persen dokumen terkait pembunuhan JFK telah dirilis ke publik. Berdasarkan Undang-Undang AS tahun 1992, seluruh berkas JFK seharusnya sudah dirilis paling lambat tahun 2017. Namun, prosesnya mengalami penundaan karena berbagai pertimbangan politik dan keamanan nasional.

Pada 2018, Donald Trump lebih dulu merilis 19.000 dokumen. Kemudian, Presiden Joe Biden mengungkap lebih dari 13.000 dokumen tambahan pada akhir 2022 sebagai bagian dari kebijakan transparansi pemerintahannya.

Meski sebagian besar dokumen telah dibuka, masih ada beberapa bagian yang disunting atau tetap dirahasiakan. Hal ini memicu spekulasi bahwa masih ada informasi penting yang belum terungkap terkait salah satu pembunuhan paling kontroversial dalam sejarah modern ini. (red)