Gantanews.co – Pemantauan terbaru melalui sistem SiPongi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan bahwa dalam 24 jam terakhir, Indonesia telah mendeteksi 667 titik panas. Angka ini mengalami penurunan sebesar 298 titik dibandingkan dengan periode sebelumnya. Data ini diambil dari satelit Terra/Aqua, SNPP, dan NOAA yang diakses pada Selasa (20/8/2024) pukul 16.33 WIB.
Dari total titik panas tersebut, 25 titik memiliki tingkat kepercayaan tinggi, 623 titik berskala sedang, dan 19 titik dengan skala rendah. Tingkat kepercayaan ini sangat penting dalam memprediksi potensi kebakaran hutan dan lahan. Skala rendah berada di rentang 0-29, skala sedang 30-79, dan skala tinggi 80-100. Tingkat kepercayaan tinggi menunjukkan kemungkinan besar terjadinya kebakaran hutan di wilayah tersebut.
Untuk wilayah Lampung, terpantau ada 27 titik panas yang tersebar di beberapa kabupaten. Lampung Utara dan Lampung Tengah masing-masing mencatatkan 2 titik panas, sementara Lampung Selatan hanya memiliki 1 titik. Namun, wilayah Way Kanan menjadi perhatian utama dengan terpantau sebanyak 22 titik panas.
Meskipun titik panas ini tidak langsung mengindikasikan terjadinya kebakaran hutan, kemunculan banyak titik dalam suatu wilayah menjadi tanda serius akan potensi kebakaran hutan dan lahan. Way Kanan, dengan konsentrasi titik panas tertinggi di Lampung, perlu segera diperhatikan lebih lanjut untuk mencegah insiden kebakaran besar.
Secara nasional, Jawa Timur menjadi provinsi dengan titik panas terbanyak, mencapai 120 titik. Sulawesi Selatan berada di peringkat kedua dengan 70 titik, sementara Riau menempati posisi ketiga dengan 53 titik panas.
Beberapa provinsi lain yang juga mencatatkan angka signifikan adalah Sumatera Selatan (47 titik), Jawa Tengah (43 titik), Kalimantan Timur (39 titik), dan Kalimantan Selatan (31 titik). Di luar Lampung, provinsi Kepulauan Bangka Belitung melaporkan 29 titik panas, sementara Jambi mencatat 26 titik.
Pendeteksian titik panas menggunakan satelit menjadi metode yang sangat penting dalam mengawasi kebakaran hutan dan lahan. Meskipun tidak semua titik panas berujung pada kebakaran, data ini memberikan panduan yang akurat bagi pihak berwenang untuk melakukan tindakan pencegahan dini. Dalam wilayah yang luas seperti Indonesia, satelit menjadi alat yang efektif untuk memantau perubahan suhu permukaan yang dapat mengarah pada kebakaran.
Dengan adanya data ini, diharapkan pemerintah daerah, termasuk di Lampung, dapat mengambil langkah-langkah preventif untuk mencegah kebakaran hutan yang lebih besar, khususnya di wilayah yang menunjukkan peningkatan signifikan dalam jumlah titik panas seperti Way Kanan. (red/i)