Cantik Sekali, Lenggang Lenggok Perempuan Berkebaya di Jakarta

waktu baca 4 menit
Ratusan perempuan berkebaya asli Indonesia itu berlenggang di jalanan. Mereka menjadi bagian dalam upaya meloloskan kebaya menjadi Warisan Dunia Takbenda Unesco.

MINGGU pagi (19/6), sekitar pukul 06.00 WIB. Tak biasanya halaman Kantor Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dipadati para perempuan. Semuanya berkebaya, cantik sekali. Tampak di sana Sekretaris Jenderal (Sesjen), Kemendikbudristek, Suharti dan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi.

Ratusan perempuan berkebaya itu memancarkan warna-warni. Ada anak-anak, remaja dan emak-emak. Melihat mereka seperti mengenang masa lalu, ketika busana kebaya begitu sangat dihargai.

Duh…jadi ingat Ibu Tien Soeharto.

Tien Soeharto tengah asyik beraksi bermain bowling. Tanpa memakai alas kaki, Ibu Tien terlihat gesit memegang bola bowling dengan jemari di tangan kanannya. Tien Soeharto tampak mengenakan kebaya bermotif floral lengkap dengan kain batik serta selendang yang disampirkan. Tak ketinggalan, ia juga memakai sanggul khas Jawa dan kacamata.

Ya…Ibu Tien Soeharto, Ibu Negara yang selalu tampil angggun dengan kebayanya. Pada masa Orde Baru, kebaya menjadi busana wajib perempuan dalam kegiatan resmi negara. Anak-anak sekolah dan mahasiswa juga menyukainya dan menggunakannya saat acara-acara tertentu.

Bagaimana kini?

Boleh dikatakan masih bertahan, tapi tidak sesemarak tempo dulu. Roh kebaya mulai terkikis dengan, gamis misalnya, atau busana lain yang mengikuti perkembangan zaman. Selendang dan sanggul pun kini jarang digunakan, berganti dengan jilbab.

Maka, mulailah ratusan perempuan berkebaya asli Indonesia itu berlenggang di jalanan. Mereka menjadi bagian dalam upaya meloloskan kebaya menjadi Warisan Dunia Takbenda Unesco.

Kegiatan Berlenggang Santai Berkebaya ini diselenggarakan komunitas Pertiwi Indonesia dan Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI).

Sambil mengumbar senyum, cantik sekali, mereka berlenggang dari Kantor Kemendikbudristek menuju Bundaran Hotel Indonesia (HI) untuk menyatakan dukungan mereka agar kebaya didaftarkan sebagai warisan budaya takbenda asal Indonesia ke UNESCO.

Kegiatan ini didukung Kemendikbudristek dan Kemenlu RI. “Mudah-mudahan kegiatan ini bisa menambah kecintaan perempuan untuk berkebaya dalam menunjang aktivitasnya sehari-hari,” ujar Sekretaris Jenderal (Sesjen), Kemendikbudristek, Suharti yang pagi itu berkebaya hitam, cantik sekali.

Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi menggunakan kebaya berwarna hijau muda, cantik sekali. “Saya hadir pagi ini karena saya cinta Indonesia dan saya cinta kebaya Indonesia. Oleh karena itu, mari kita pelihara budaya yang menjadi identitas kita. Kita harus bangga memakai kebaya Indonesia,” tegasnya dalam sambutan

Ketua Pertiwi Indonesia, Shinta Omar Anwar menyampaikan komitmennya untuk mendukung pelestarian budaya khususnya kebaya sebagai warisan leluhur bangsa. Shinta menyatakan bahwa seluruh cabang Pertiwi Indonesia di berbagai wilayah mendukung kebaya didaftarkan sebagai warisan budaya takbenda ke UNESCO (Kebaya Goes to UNESCO).

“Mari kita mencintai dan bangga mengenakan kebaya sehari-hari mulai sekarang dari Sabang sampai Merauke,” ucapnya seraya mengajak seluruh lapisan masyarakat melestarikan kebaya.

Ketua Umum Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Rahmi Hidayati menambahkan bahwa proses pendaftaran usulan agar kebaya menjadi warisan budaya takbenda asal Indonesia ke UNESCO ini butuh dukungan semua pihak. “Saya senang kaum muda sekarang senang berkebaya,” imbuhnya yang pagi itu hadir dengan balutan kebaya bernuansa merah, cantik sekali.

Turut hadir, Ibu Menteri Kesehatan, Ida Rachmawaty dan Miranda Gultom yang mengenakan kebaya bernuansa ungu, cantik sekali. Seluruh pejabat dan masyarakat pagi tadi berbaur dalam kemeriahan acara yang diawali dengan berbagai kegiatan seperti menyanyikan Lagu Indonesia Raya yang dipimpin oleh musisi Adie M. S hingga menari bersama diiringi lagu Sirih Kuning.

Salah satu peserta aksi yaitu Kanaya siswa kelas empat asal SDN Depok 1 mengaku antusias mengikuti acara. “Bagus acaranya, saya bangga dan suka sebagai generasi muda mengenakan kebaya,” tuturnya yang tertarik untuk berpartisipasi karena diajak oleh sang ibu.

Peserta lain yang tak kalah bersemangat yaitu Safitri, anggota PKK Katalina, Gading Serpong. “Saya senang berkebaya dan saya mendukung sekali gerakan berkebaya. Terlebih saya juga suka jalan kaki. Saya mendukung kebaya segera didaftarkan sebagai warisan dunia asal Indonesia karena banyak orang tahunya kalau kebaya itu dari Indonesia,” urai wanita paruh baya yang pagi tadi mengenakan kebaya bernuansa oranye ini, cantik sekali.

“Dengan aksi ini juga kita ikut melestarikan kebaya agar mendorong generasi muda ikut berpartisipasi melakukan hal yang sama. Supaya identitas bangsa kita jangan sampai hilang.

Apalagi sekarang mode kebaya sangat beragam, harapannya kebaya makin dicintai oleh generasi penerus bangsa,” pungkasnya.

(*/iwa)

Follow me in social media: