BPS: Kelas Menengah Menyusut, Pergeseran Pekerja Formal ke Informal Tidak Signifikan
Gantanews.co – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan bahwa pergeseran pekerja formal menjadi informal di kalangan kelas menengah tidak menunjukkan perubahan signifikan dalam lima tahun terakhir. Amalia A. Widyasanti, Pelaksana Tugas Kepala BPS, menjelaskan bahwa proporsi pekerja kelas menengah yang berstatus formal hanya menurun sedikit dari 61% pada 2019 menjadi sekitar 60% saat ini. Penurunan ini, meski ada, dianggap tidak drastis.
“Dalam konferensi pers di Gedung BPS, Jakarta, Jumat (30/8), Amalia menyoroti bahwa survei sosial ekonomi nasional (Susenas) Maret 2024 menunjukkan bahwa mayoritas pekerja kelas menengah dan mereka yang menuju kelas menengah masih berstatus formal. Sebagian besar dari mereka bekerja sebagai buruh tetap, karyawan, atau pegawai,” jelas Amalia.
Amalia menambahkan bahwa, jika dilihat dari lapangan usaha, sebagian besar penduduk usia 15 tahun ke atas yang tergolong dalam kelas menengah bekerja di sektor jasa. Namun, sektor pertanian menunjukkan peningkatan yang signifikan selama pandemi Covid-19. Pada 2021, proporsi pekerja kelas menengah di sektor pertanian meningkat dari 15% pada 2019 menjadi 21,23%. Meskipun begitu, angka tersebut menurun kembali menjadi 19,97% pada 2024, menunjukkan adanya pergeseran dari pertanian ke sektor lain pascapandemi.
Suharso Monoarfa, Menteri PPN/Kepala Bappenas, sebelumnya juga memberikan pandangan tentang penurunan kelas menengah. Menurutnya, penurunan ini tidak sepenuhnya disebabkan oleh pengurangan jumlah kelas menengah, tetapi lebih kepada pergeseran dari pekerjaan formal ke informal.
“Kita mungkin melihat migrasi dari pekerjaan formal ke sektor UMKM atau pekerjaan mandiri,” ujar Suharso, pada Selasa (30/7). Ia mengaitkan pergeseran ini dengan dampak pandemi, di mana banyak pekerja memilih bekerja dari rumah atau pindah ke perusahaan internasional.
Kelas Menengah Terus Menyusut
BPS melaporkan bahwa pada Maret 2024, jumlah kelas menengah di Indonesia mencapai 47,85 juta orang, atau 17,13% dari total penduduk. Sementara itu, kelompok menuju kelas menengah berjumlah 137,50 juta orang, atau sekitar 49,22% dari total penduduk. Dengan demikian, total 185,35 juta orang atau 66,35% dari populasi Indonesia termasuk dalam kategori kelas menengah atau menuju kelas menengah.
Namun, jumlah kelas menengah ini menunjukkan penurunan dibandingkan dengan 2019, ketika kelas menengah mencapai 57,33 juta orang atau 21,45% dari total penduduk. Penurunan ini menunjukkan tantangan yang perlu diatasi, mengingat peran penting kelas menengah dalam perekonomian Indonesia. Amalia mengungkapkan bahwa kedua kelompok ini masing-masing menyumbang sekitar 38,28% dan 43,21% terhadap total pengeluaran penduduk Indonesia pada 2024.
Karakteristik Kelas Menengah dan Pengeluaran
Saat ini, penduduk kelas menengah umumnya berada di wilayah perkotaan, memiliki pendidikan menengah ke atas, dan didominasi oleh usia muda. Mereka cenderung bekerja di sektor formal dan sebagian besar pengeluaran mereka dialokasikan untuk makanan, perumahan, barang atau jasa, pendidikan, serta kendaraan.
Amalia juga mencatat bahwa pengeluaran kelas menengah saat ini semakin mendekati batas bawah pengelompokan. Pada 2024, batas atas pengeluaran kelas menengah adalah Rp 9.909.844, sementara batas bawahnya adalah Rp 2.040.262. Median pengeluaran kini berada di Rp 2.846.440, yang semakin mendekati batas bawah pengelompokan.
Pergeseran ini menunjukkan dinamika yang kompleks dalam kelas menengah Indonesia dan kebutuhan akan kebijakan yang responsif untuk mengatasi tantangan yang dihadapi oleh sektor ini. (red)
Follow me in social media: