BBM Sudah Naik, Lalu Apa! Sahdana Desak Pemprov Lampung Secepatnya Lakukan Ini
GANTANEWS.CO, Bandarlampung – Pemerintah telah menaikan harga BBM jenis Pertalite dan Solar dan beberapa jenis lainnya pada Sabtu (03/09/22). Namun kenaikan harga BBM itu telah menimbulkan kekhawatiran para petani di Lampung yang mencemaskan naiknya ongkos produksi di tengah harga komoditi yang tak kunjung membaik.
Kecemasan itu ramai disampaikan kepada anggota DRRD Lampung. Sahdana, anggota Fraksi PDIP, Sahdana dikabarkan telah meminta Pemerintah Provinsi Lampung segera melakukan sinkronisasi dengan menghitung ulang dengan matang dampak kenaikan harga BBM.
“Harga BBM sudah naik. Persentase kenaikannya lumayan tinggi. Lalu bagaimana dengan inflasi, kan pasti naik pula. Bagaimana dengan petani kita dan bagaimana dengan harga komoditas perkebunan unggulan kita, apa masih sama dalam situasi harga yang terus tertekan. Apa bantal yang kita siapkan untuk menahan semua dampak kenaikan BBM itu. Semuanya harus disiapkan sebelum petani menderita kerugian,” tegas Sahdana kepada Gantanews, Minggu (04/09/22).
Sahdana mengaku mencemaskan hal itu lantaran banyak masyarakat yang menghubungi dirinya mempertanyakan langkah-langkah pemerintah untuk melindungi petani di pedesaan.
Ia mengaku, sejak pekan lalu ramai petani di daerah pemilihan asalnya, Waykanan, datang menemuinya menanyakan soal harga komoditi singkong, jagung, sawit dan karet yang harganya sampai sekarang masih belum menggembirakan.
“Silakan disurvey, cek dong. Apakah petani kita sudah memperoleh harga jual yang pantas dan sebanding dengan jerih payahnya,” ketusnya.
Maka, sebelum terlambat, ia meminta Pemerintah Provinsi Lampung bersama Pemkab/kota dan seluruh kantor/lembaga/dinas terkait mengambil langkah cepat untuk menjawab semua kekhawatiran petani di pedesaan.
Ia meminta pemerintah menyiapkan bantal penyelamatan agar petani tidak sampai ‘berdarah-darah’ akibat hempasan keras kenaikan harga BBM.
Bantal itu, jelasnya, bisa berupa penyesuaian harga semua komoditi di tingkat petani dan pabrikan. Ia juga meminta pemerintah berusaha untuk memahami masalah-masalah yang dihadapi petani kecil yang tidak berdaya atau bermodal pas-pasan, bahkan minus, dalam usaha taninya.
“Saya sering mendapati petani yang terpaksa harus berutang hanya untuk membeli pupuk, lalu akhirnya terpaksa menjual hasil pertaniannya kepada tengkulak dengan harga tertentu yang pasti rendah,” tegasnya.
Dengan kenaikan BBM dan keniscayaan naiknya inflasi, Sahdana mendesak pemerintah turun tangan untuk mendorong membaiknya harga singkong, jagung, karet dan sawit yang masih sempoyongan.
“Bagaimana caranya, ya bagaimana pemerintah saja. Pemerintah kan bisa mengajak kalangan industri atau pabrikan bicara, buat kesepakatan baru agar petani singkong, sawit dan karet bisa tetap memperoleh margin dan tetap bergairah. Yang pasti, petani kita berhak memperoleh bantal untuk menyelamatkan perekonomian di pedesaan,” jelasnya.
Ia berharap kesepakatan harga baru itu minimal sebanding dengan persentase kenaikan harga BBM dan segala macam efek dominonya.
“Bahaya, kalau setelah harga BBM naik, harga komoditi singkong, karet dan sawit masih sempoyangan seperti sekarang ini. Kasihan petani kita,” ujarnya lagi.
Sekedar info, harga jagung di Gudang Tanjung Bintang saat ini Rp4.650/kg dan harga rata-rata di tingkat petani Rp4.200/kg.
Harga singkong rata-rata di Waykanan Rp1.170, harga pupuk subsidi urea Rp140 ribu per sak (seharusnya hanya Rp90 ribu), dan PONSKA Rp170 ribu.
Sementara harga sawit Rp1.600, karet Rp9.000 di tingkat pabrik. (ganta)
Follow me in social media: