Gantanews.co – Analis memperkirakan harga Bitcoin bisa meroket hingga US$100.000 (sekitar Rp 1,57 miliar) pada akhir tahun ini. Prediksi ini muncul setelah Bitcoin menembus level tertinggi baru, melampaui US$89.000 (Rp 1,4 miliar) pada Senin (11/11). Kenaikan ini dipicu oleh euforia pasar setelah kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat (AS).
Menurut data Coin Metrics, Bitcoin sempat melonjak lebih dari 12%, mencapai US$89.174 (Rp 1,4 miliar), dan terus meningkat ke level tertinggi berikutnya di US$89.623 (Rp 1,41 miliar). Mata uang kripto lain juga ikut reli. Ether naik 7% ke US$3.371 (Rp 53,08 juta), mencatat kenaikan 30% dalam sepekan terakhir. Token keuangan terdesentralisasi yang terkait dengan Cardano menguat 4,7%, sementara Dogecoin melesat hampir 24%.
Reli kripto ini berdampak positif pada saham perusahaan terkait. Harga saham Coinbase melonjak 19,8% di sesi perdagangan reguler, sedangkan MicroStrategy mencatat kenaikan lebih dari 25,7%. Kedua saham itu juga naik dalam perdagangan setelah jam bursa.
Euforia Pasca Kemenangan Trump Picu Lonjakan Kripto
Susannah Streeter, Kepala Uang dan Pasar Hargreaves Lansdown, mengungkapkan bahwa kemenangan Trump menciptakan gelombang optimisme di pasar kripto.
“Janji Trump untuk masuk ke dunia kripto telah mendorong Bitcoin ke level yang lebih tinggi,” ujar Streeter, seperti dilansir CNBC pada Selasa (14/11).
Trump selama ini dikenal mendukung industri kripto dan berjanji mengubah AS menjadi pusat kripto dunia.
Selama kampanye, Trump menjanjikan lingkungan regulasi yang lebih jelas dan dukungan terhadap pertumbuhan industri kripto, termasuk membangun dana cadangan kripto nasional dan mempromosikan penambangan Bitcoin di AS. Meski presiden sebenarnya tidak memiliki kekuasaan langsung untuk memecat Ketua Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) Gary Gensler, Trump tetap menegaskan keinginannya untuk mengganti Gensler, yang dikenal mengambil sikap keras terhadap kripto.
Potensi Pemerintahan Trump yang Lebih Ramah Terhadap Kripto
Analis Citi mencatat dalam laporan riset mereka bahwa pemerintahan Trump yang diantisipasi lebih ramah terhadap kripto memberikan sentimen positif bagi pasar.
“Investor berharap pemerintahan ini akan membawa kejelasan regulasi di AS,” jelas para analis Citi yang dipimpin oleh David Glass.
Sejak pemilu, ETF kripto mengalami arus masuk besar-besaran, dengan arus bersih untuk ETF Bitcoin mencapai US$2,01 miliar (Rp 31,65 triliun) dan untuk ETF Ether sebesar US$132 juta (Rp 2,08 triliun).
Para analis Citi menilai bahwa arus ETF ini menjadi pendorong utama potensi keuntungan Bitcoin. Ke depan, mereka optimis harga kripto akan terus menanjak. Beberapa analis memproyeksikan Bitcoin bisa mencapai US$100.000 pada akhir tahun ini, mencatatkan rekor baru yang fantastis. (red)