Gantanews.co – Pada perdagangan pagi ini, Kamis (24/10) nilai rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan, sesuai dengan prediksi sebelumnya. Di pasar spot, rupiah dibuka pada level Rp15.640/US$, tergerus /0,13% akibat dampak negatif dari sentimen eksternal yang merugikan bagi mata uang negara berkembang.
Kondisi ini juga diwarnai oleh pelemahan baht Thailand yang anjlok sebesar 0,88% dan ringgit Malaysia yang turun 0,02%. Beruntung, beberapa mata uang Asia lain berhasil menguat melawan dolar AS. Yuan Tiongkok tercatat menguat 0,12%, diikuti oleh dolar Taiwan yang naik 0,10%, serta dolar Singapura dan yen Jepang yang masing-masing naik 0,09%. Won Korea Selatan pun mengalami kenaikan tipis sebesar 0,05%, sedangkan dolar Hong Kong hanya naik 0,02%.
Nilai rupiah sempat mencapai Rp15.643/US$ pada menit kedua perdagangan, namun tekanan masih tetap ada. Indeks dolar AS yang semakin kuat menjadi salah satu penyebab utama. Di sisi lain, investor terus melepas surat utang AS, dengan imbal hasil Treasury mencapai level tertinggi sejak Juli lalu. Hal ini menunjukkan ketidakpastian pasar yang meningkat.
Pelaku pasar saat ini semakin pesimistis terhadap prospek penurunan suku bunga The Fed di masa mendatang. Terdapat kekhawatiran bahwa kebijakan fiskal AS pasca pemilihan presiden berpotensi membebani defisit, yang bisa memicu inflasi lebih lanjut. Akibatnya, ekspektasi terhadap tingkat suku bunga The Fed mengalami penurunan signifikan.
Berdasarkan analisis teknikal, nilai rupiah berpotensi melanjutkan tren pelemahan hari ini, menuju level support terdekat di Rp15.650/US$. Jika level ini kembali terjebol, kemungkinan pelemahan akan berlanjut ke kisaran Rp15.700/US$ hingga Rp15.730/US$. Apabila rupiah melampaui level tersebut, ada potensi penurunan lebih dalam hingga mencapai Rp15.750/US$ sebagai support terkuat.
Dalam jangka menengah, rupiah masih berpotensi tertekan ke kisaran Rp15.780/US$, yang mendekati MA-100 dan MA-200. Namun, jika terjadi penguatan, resistance yang perlu dicermati berada pada level Rp15.600/US$ dan Rp15.570/US$ sebagai potensi resistance selanjutnya. (red)