Mahang, Tumbuhan Endemik Indonesia yang Tawarkan Prospek Pengobatan Kanker dan Malaria

waktu baca 3 menit
Daun Mahang atau Macaranga

Gantanews.co – Mahang, atau yang dikenal dengan nama ilmiah Macaranga, adalah tumbuhan endemik Indonesia yang banyak ditemukan di berbagai wilayah, mulai dari Kalimantan, Sumatra, Jawa, Sulawesi, hingga Papua. Masyarakat lokal di beberapa daerah mengenalnya dengan sebutan berbeda, seperti mara di Kalimantan dan danglo di Jawa. Tumbuhan ini sering digunakan sebagai kayu bakar dan bahan bangunan, terutama oleh suku adat di Papua.

Namun, tak hanya itu, penelitian terbaru mengungkapkan bahwa mahang memiliki potensi besar sebagai bahan baku obat. Tumbuhan yang selama ini dianggap sebagai tanaman liar ini ternyata menyimpan senyawa-senyawa aktif yang dapat digunakan untuk pengobatan, termasuk kanker dan malaria.

Mahang, Tanaman Liar dengan Manfaat Kesehatan

Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti dari Universitas Airlangga telah melakukan riset terhadap mahang, yang akhirnya mengungkapkan khasiatnya yang luar biasa. Selama 14 tahun, mereka meneliti berbagai jenis mahang dan menemukan bahwa tanaman ini mengandung senyawa metabolit sekunder yang sangat bervariasi, salah satunya adalah turunan Dihidrostilben.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa mahang, khususnya Macaranga gigantea, mengandung senyawa baru bernama macagigantin A. Senyawa ini terbukti aktif dalam melawan sel kanker, terutama kanker payudara. Ini membuka peluang baru dalam dunia pengobatan kanker, dengan harapan besar bagi para penderita, terutama perempuan yang menjadi korban kanker payudara.

Potensi Mahang Sebagai Obat Malaria

Selain untuk pengobatan kanker, mahang juga menunjukkan potensinya sebagai alternatif obat malaria. Jenis Macaranga javanica, yang merupakan mahang endemik dari Sukabumi, Jawa Barat, mengandung senyawa dihidrostilben. Ketika diuji coba terhadap parasit malaria (Plasmodium falciparum), senyawa ini terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan parasit, sehingga menjadi bahan aktif yang potensial dalam pengobatan malaria.

Prof. Dr. Mulyadi Tanjung, salah seorang peneliti dari Universitas Airlangga yang menemukan senyawa antimalaria ini, menyatakan bahwa temuan ini memberikan prospek cerah bagi pengembangan obat malaria berbasis bahan alam yang lebih aman dan ramah lingkungan.

Mahang dalam Ekosistem Hutan Indonesia

Mahang bukan hanya penting dalam dunia medis, tetapi juga memiliki peran vital dalam ekosistem hutan Indonesia. Tumbuhan ini berperan sebagai penyusun utama hutan-hutan sekunder dan merupakan pionir dalam proses suksesi hutan, yakni proses peralihan dari bekas ladang menuju hutan rimba. Sebagian jenis mahang juga memiliki hubungan simbiotik dengan semut tertentu, terutama kelompok Crematogaster, yang hidup di dalam batang atau ranting mahang.

Secara morfologi, mahang bisa berupa semak, perdu, atau pohon dengan tinggi bervariasi, mulai dari 2 meter hingga mencapai 15-30 meter. Daun-daunnya yang cepat gugur dan bunga-bunganya yang tergabung dalam kelompok-kelompok kecil menjadi ciri khas tumbuhan ini. Beberapa jenis mahang juga menghasilkan buah yang disukai oleh burung-burung, yang turut menjaga keseimbangan ekosistem hutan.

Penemuan akan khasiat mahang sebagai obat kanker dan malaria memberikan harapan baru bagi dunia kesehatan Indonesia. Potensi besar yang dimiliki oleh tanaman endemik ini tidak hanya menunjukkan kekayaan hayati Indonesia, tetapi juga membuka peluang untuk pengembangan obat-obatan berbasis bahan alam yang lebih aman dan efektif. Dengan terus dilakukannya penelitian dan pengembangan, mahang bisa menjadi salah satu andalan dalam dunia farmasi untuk melawan penyakit berbahaya dimasa depan. (red)

Follow me in social media: