Gantanews.co – Pemerintah Ekuador mengumumkan pemadaman listrik selama sembilan jam di 12 dari 24 provinsi pada Minggu (22/9) sebagai dampak dari kemarau panjang yang menyebabkan penurunan drastis pada kapasitas Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA). Langkah ini dilakukan untuk menghemat sumber daya air yang semakin menipis akibat kekeringan.
Menurut pernyataan resmi yang dirilis pada Sabtu (21/9), pemadaman listrik akan dimulai dari pukul 08.00 pagi hingga 17.00 sore waktu setempat. Kebijakan ini menambah rencana pemerintah yang sebelumnya telah mengumumkan pemadaman selama delapan jam per hari dari Senin hingga Kamis.
Ekuador saat ini tengah menghadapi kekeringan terburuk dalam 61 tahun terakhir. Selain dampak dari kemarau panjang, pemerintah juga menyebutkan bahwa krisis energi diperparah oleh minimnya pemeliharaan bendungan serta kurangnya kontrak untuk pengembangan sumber energi baru.
Provinsi dalam Siaga Merah
Kementerian Lingkungan Hidup Ekuador menyatakan bahwa saat ini 19 provinsi berada dalam kondisi siaga merah akibat kekurangan air, kebakaran, dan ancaman ketahanan pangan. Menteri Lingkungan Hidup, Ines Manzano, menjelaskan bahwa seluruh entitas terkait harus mematuhi resolusi siaga merah untuk mengantisipasi dampak lebih buruk. Keputusan ini diambil setelah rapat Komite Operasi Darurat pada Sabtu malam.
Sebagai bagian dari upaya mitigasi, pemerintah telah menugaskan militer untuk mengamankan PLTA Mazar, yang berkapasitas sekitar 170 megawatt (MW). Fasilitas ini dianggap penting karena kapasitas penyimpanan airnya yang besar, dan perlindungan tambahan diberikan selama periode krisis ini.
Krisis Melanda Amerika Selatan
Tidak hanya Ekuador yang merasakan dampak kekeringan ekstrem. Beberapa negara di Amerika Selatan, seperti Brasil, Bolivia, Peru, dan Kolombia, juga dilanda kekeringan terburuk dalam sejarah.
Di Brasil, kekeringan menghancurkan wilayah Amazon dan Pantanal, sementara di Kolombia, kebakaran hutan telah melalap hampir 11.000 hektare lahan. Pemerintah Peru bahkan menetapkan keadaan darurat selama 60 hari di wilayah perbatasan yang terdampak parah oleh kebakaran hutan.
Dampak dari kekeringan juga terasa di Sungai Amazon yang kini mengalami penurunan ketinggian air terendah dalam sejarah, memengaruhi pasokan makanan dan mata pencaharian masyarakat lokal.
Para ilmuwan menyebut perubahan iklim sebagai penyebab utama kekeringan ekstrem yang melanda wilayah tersebut, dengan tahun 2023 menjadi periode terparah dalam 45 tahun terakhir di lembah Amazon.
Kekeringan ekstrem yang melanda Ekuador dan negara-negara lain di Amerika Selatan telah menimbulkan krisis energi, kebakaran hutan, serta gangguan pada pasokan pangan. Pemerintah Ekuador mengambil langkah-langkah drastis, termasuk pemadaman listrik, untuk menjaga keberlanjutan sumber daya air yang semakin menipis. Sementara itu, tantangan akibat perubahan iklim semakin nyata dan membutuhkan langkah global yang lebih serius. (red)