Ancaman Megathrust di Sekitar Jakarta: Potensi Tsunami dan Guncangan Kuat yang Perlu Diwaspadai

waktu baca 3 menit
Zona Megathrust di Indonesia (foto: BNPB)

Gantanews.co – Ancaman gempa besar yang disebabkan oleh dua megathrust di sekitar wilayah DKI Jakarta semakin menjadi perhatian serius para ahli. Berdasarkan Peta Gempa Bumi Nasional 2017, dua megathrust yang terletak di Selat Sunda dan Jawa Tengah bagian barat memiliki potensi besar untuk memicu gempa dahsyat dengan magnitudo mencapai 8,7. Salah satu dari megathrust tersebut bahkan dikabarkan dapat pecah kapan saja, berpotensi menyebabkan tsunami.

Baca juga: InaTEWS: Penjaga Terdepan Indonesia dari Ancaman Tsunami Megathrust

Subardjo, mantan Ketua Ikatan Alumni Akademi Meteorologi dan Geofisika (IKAMEGA), dalam acara Sarasehan Nasional IKAMEGA pada 2018, mengungkapkan bahwa kedua megathrust ini sudah lama menjadi perhatian para ilmuwan. Menurutnya, dampak gempa dari kedua megathrust tersebut dapat merusak infrastruktur yang ada di Jakarta, mengingat kedekatannya dengan ibu kota.

“Sudah hampir dua dekade, para ilmuwan memperhatikan aktivitas kedua megathrust ini. Bahkan, ekspedisi peneliti Jepang telah menyusuri wilayah dari Tanjung Priok hingga Teluk Benoa untuk memantau aktivitas seismik,” ujar Subardjo.

Ancaman utama, menurut Subardjo, datang dari Megathrust Selat Sunda. Dengan panjang sekitar 350-550 kilometer, megathrust ini memiliki sejarah gempa besar pada tahun 1699 dan 1780 dengan magnitudo 8,5. Yang menjadi perhatian para ahli adalah adanya seismic gap di wilayah ini, yang berarti zona tersebut belum mengalami gempa besar selama ratusan tahun dan energi besar masih tersimpan.

“Jika Megathrust Selat Sunda pecah, gempa yang dihasilkan bisa mencapai magnitudo 8,7, setara dengan gempa yang terjadi di Aceh pada Desember 2004. Selain tsunami, getaran yang dihasilkan juga bisa sangat kuat, mengingat jaraknya dengan Jakarta hanya sekitar 200-250 kilometer,” tambahnya.

Sri Widiyantoro, ahli seismologi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), turut mengkhawatirkan dampak yang dapat ditimbulkan oleh Megathrust Jawa Tengah bagian barat. Meskipun jaraknya dari Jakarta sekitar 200-300 kilometer, pengalaman gempa Tohoku di Jepang pada 2011 menunjukkan bahwa goncangan kuat masih bisa dirasakan meskipun jarak episentrum gempa cukup jauh.

“Dalam gempa Tohoku, Tokyo yang berjarak 400 kilometer dari pusat gempa tetap merasakan guncangan hebat. Hal serupa bisa terjadi di Jakarta jika Megathrust Jawa Tengah bagian barat mengalami gempa besar,” kata Widiyantoro.

Menyikapi kekhawatiran ini, Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG, menegaskan bahwa temuan para ahli ini seharusnya menjadi peringatan bagi semua pihak, terutama pemerintah daerah, untuk meningkatkan kesiapsiagaan terhadap potensi gempa besar. Menurutnya, meskipun belum ada teknologi yang dapat memprediksi secara pasti kapan gempa besar akan terjadi, langkah-langkah mitigasi harus segera diambil.

“Kita tidak tahu kapan gempa ini akan terjadi, tapi yang pasti adalah akan terjadi. Oleh karena itu, penting bagi pemerintah daerah untuk segera mengaudit gedung-gedung tinggi di Jakarta dan memastikan konstruksinya mampu bertahan di daerah rawan gempa,” jelas Dwikorita.

Daryono, Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, juga mengingatkan bahwa rilis energi dari kedua megathrust, yakni Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut, tinggal menunggu waktu. Kedua wilayah tersebut sudah lebih dari dua abad tidak mengalami gempa besar, sehingga potensi pelepasan energi sangat tinggi. (red)

error: Content is protected !!