Pahlawan-Pahlawan asal Lampung yang Berjuang Merebut Kemerdekaan: (2) Radin Inten II, Pemuda yang Gagah Berani
Gantanews.co – Radin Inten II lahir pada tanggal 1 Januari 1834 di Desa Kuripan, Lampung, dalam keluarga bangsawan. Ia adalah putra tunggal Radin Imba II, yang merupakan putra sulung dari Radin Inten I, yang dikenal dengan gelar Dalam Ratu Kesuma. Dengan demikian, Radin Inten II adalah cucu dari Radin Inten I. Silsilah Radin Inten II ini juga terkait dengan Kerajaan Banten, bahkan dikatakan bersambung hingga Fatahillah, seorang pejuang yang berhasil mengusir Portugis dari Sunda Kelapa pada tahun 1527.
Ketika Radin Inten II lahir, ayahnya Radin Imba II telah ditangkap oleh Belanda dan dibuang ke Pulau Timor karena melakukan perlawanan bersenjata terhadap Belanda yang ingin menjajah Lampung. Meskipun tidak pernah mengenal sosok ayahnya, Radin Inten II tumbuh besar dengan cerita-cerita tentang perjuangan ayahnya dari sang ibu, Ratu Mas.
Pada usia 16 tahun, Radin Inten II dinobatkan sebagai ratu dengan gelar Radin Inten II Gelar Kusuma Ratu pada tahun 1850. Dengan penobatannya ini, ia menunjukkan tekad untuk melanjutkan perjuangan melawan Belanda yang telah dimulai oleh ayahnya. Keberanian dan ketegasannya dalam memimpin membuat Belanda merasa terancam.
Setelah dinobatkan, Radin Inten II segera memperkuat benteng-benteng di wilayahnya dan membangun benteng-benteng baru. Benteng-benteng ini dipersenjatai dengan meriam, lila, dan senjata tradisional, serta persediaan makanan untuk menghadapi perang yang diperkirakan akan berlangsung lama. Radin Inten II juga mendapatkan dukungan dari beberapa daerah lain, seperti Banten, dan mengangkat tokoh-tokoh seperti H. Wakhia sebagai penasihatnya.
Pada tahun 1851, Belanda mengirim pasukan dari Batavia untuk merebut Benteng Ketimbang. Pasukan yang dipimpin oleh Kapten Jucht dengan kekuatan 400 prajurit ini gagal dalam upayanya setelah dipukul mundur oleh pasukan Radin Inten II. Menyadari kesulitan untuk mengalahkan Radin Inten II melalui serangan langsung, Belanda mengubah taktik dengan mencoba memecah belah masyarakat Lampung Selatan dan menimbulkan suasana saling mencurigai di antara mereka.
Pada tanggal 10 Agustus 1856, pasukan Belanda di bawah pimpinan Kolonel Welson kembali melancarkan serangan besar-besaran terhadap pertahanan Radin Inten II. Pasukan ini terdiri dari infanteri, artileri, zeni, serta sejumlah besar kuli pengangkut barang yang diperkuat oleh pasukan Djajadilampung II, seorang bangsawan Lampung yang berpihak kepada Belanda. Serangan ini berhasil merebut beberapa benteng penting, termasuk Benteng Bendulu dan Benteng Hawi Berak. Meskipun begitu, Radin Inten II dan pasukannya berhasil menghindari penangkapan dengan berpindah ke tempat-tempat yang lebih aman.
Upaya Belanda untuk menangkap Radin Inten II terus berlanjut hingga akhirnya mereka berhasil memanfaatkan seorang pengkhianat bernama Radin Ngerapat. Radin Ngerapat mengundang Radin Inten II untuk bertemu dan tanpa curiga, Radin Inten II memenuhi undangan tersebut. Pada malam tanggal 5 Oktober 1856, di tempat pertemuan yang dirahasiakan, Radin Inten II diserang secara tiba-tiba oleh Radin Ngerapat dan beberapa serdadu Belanda yang sudah disiapkan. Dalam perkelahian yang tidak seimbang itu, Radin Inten II gugur pada usia 22 tahun.
Perjuangan Radin Inten II sangat membekas di hati masyarakat Lampung. Sebagai penghargaan atas jasa-jasanya, ia dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional Indonesia berdasarkan SK Presiden No 082 Tahun 1986 pada tanggal 23 Oktober 1986. Saat ini, namanya diabadikan menjadi nama beberapa tempat penting di Lampung, seperti Bandara Radin Inten II dan Universitas Islam Negeri (UIN) Radin Inten Lampung. (red)