Harga Cabai Rawit Merah Turun, Tapi Masih Mahal? Ini Penjelasannya
Gantanews.co — Harga cabai rawit merah di Provinsi Lampung menunjukkan pergerakan yang cukup dinamis sepanjang minggu ini. Data yang dirilis oleh Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional memperlihatkan bahwa harga cabai rawit merah tetap tinggi, meskipun ada sedikit penurunan dari puncaknya pada 31 Juli 2024.
Pada 31 Juli 2024, harga cabai rawit merah mencapai Rp 72.500 per kilogram, angka yang cukup mencolok dan sempat menjadi perhatian banyak pihak. Namun, sejak saat itu, harga mulai mengalami penurunan bertahap. Pada 1 Agustus 2024, harga turun menjadi Rp 71.900, dan terus turun hingga Rp 69.400 pada 8 Agustus 2024. Meskipun terjadi penurunan, harga ini masih jauh di atas harga rata-rata normal.
Tidak hanya cabai rawit merah, harga cabai jenis lainnya juga mengalami fluktuasi. Harga cabai merah besar dan cabai merah keriting menunjukkan pergerakan yang variatif. Pada 7 Agustus 2024, harga cabai merah besar mencapai Rp 53.750 per kilogram, naik dari Rp 51.500 pada awal bulan. Sementara itu, harga cabai merah keriting sedikit berfluktuasi, dengan harga tertinggi Rp 42.400 pada 8 Agustus 2024.
Fluktuasi harga cabai ini tentunya berdampak pada pedagang dan konsumen di pasar tradisional. Pedagang terpaksa menaikkan harga jual untuk menyesuaikan dengan harga beli yang tinggi, sementara konsumen harus merogoh kocek lebih dalam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Kondisi ini juga berpotensi mempengaruhi inflasi, mengingat cabai merupakan salah satu komoditas pangan yang sangat penting bagi masyarakat Indonesia. Pemerintah daerah dan instansi terkait perlu mengambil langkah-langkah strategis untuk menstabilkan harga dan memastikan pasokan cabai tetap terjaga.
Mengutip dari laman Lampost.co, Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Tanaman Pangan, dan Hortikultura (DKPTPH) Lampung, Bani Ispriyanto, mengatakan kenaikan harga cabai ini disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satunya adalah berkurangnya stok cabai di pasar akibat belum masuknya masa panen. Serangan hama dan penyakit yang menyebabkan gagal panen di sejumlah daerah juga turut berkontribusi terhadap penurunan jumlah produksi cabai.
Untuk mengatasi kenaikan harga ini, DKPTPH Lampung telah menyiapkan beberapa strategi pengendalian harga. Bani Ispriyanto menjelaskan bahwa pihaknya berkoordinasi dengan distributor untuk menambah pasokan cabai, serta mendatangkan cabai dari luar provinsi, terutama dari Jawa.
“Kami berusaha mendatangkan dari luar daerah, terutama Jawa. Ada juga komunikasi dengan distributor yang akan menyanggupi penambahan stok,” kata Bani.
Selain itu, sebagai solusi jangka panjang, DKPTPH Lampung juga akan meningkatkan implementasi gerakan tanam cabai serentak. Program ini diharapkan dapat berjalan secara berkelanjutan sehingga mampu menjawab pemenuhan kebutuhan komoditas cabai di Lampung. (red)
Follow me in social media: