China Meluncurkan Satelit LEO Pertama, Siap Menantang Dominasi Starlink

waktu baca 2 menit
Peluncuran roket Long March 6A yang membawa 18 satelit komunikasi, Selasa (7/8) (Foto: Chinadaily)

Gantanews.co – China telah berhasil meluncurkan serangkaian satelit Low-Earth Orbit (LEO) dalam upayanya membangun konstelasi internet satelit yang mampu menyaingi Starlink milik SpaceX. Roket Long March 6A mengangkut 18 satelit komunikasi yang kini telah mencapai orbitnya setelah diluncurkan dari Taiyuan Satellite Launch Center di Provinsi Shanxi, Selasa (6/8),

Langkah ini menandai dimulainya proyek ambisius bernama Konstelasi Qianfan, atau yang juga dikenal sebagai Konstelasi G60. Didirikan pada tahun 2023, proyek ini dioperasikan oleh Shanghai Yuanxin Satellite Technology Company, dengan satelit yang diproduksi oleh GeneSat. Peluncuran tersebut merupakan bagian dari fase awal dari rencana tiga tahap yang ditargetkan selesai pada tahun 2030.

Pada akhir tahun 2025, China berencana memiliki 648 satelit yang beroperasi di orbit, siap untuk menyediakan jaringan internet di tingkat regional. Ambisi China tidak berhenti di situ; mereka juga menargetkan untuk mencapai cakupan jaringan global pada tahun yang sama. Dengan target lebih dari 14.000 satelit yang beroperasi pada tahun 2030, proyek ini diharapkan dapat menyediakan layanan internet langsung ke ponsel, atau dikenal sebagai direct-to-cell.

GeneSat, perusahaan yang memproduksi satelit dalam proyek ini, telah mengumumkan rencananya untuk meluncurkan 36 hingga 54 satelit dalam setiap peluncuran guna mempercepat pembangunan konstelasi ini. Dengan pendekatan ini, China berharap dapat segera mengejar ketertinggalan dari Starlink yang saat ini masih mendominasi pasar internet satelit global.

Satelit LEO sendiri beroperasi pada ketinggian antara 160 hingga 2.000 kilometer di atas permukaan Bumi. Berkat posisinya yang lebih rendah dibandingkan satelit geostasioner, satelit LEO mampu mengurangi latensi dalam transmisi data, menjadikannya solusi ideal untuk layanan internet satelit. Selain itu, satelit LEO juga menawarkan komunikasi yang lebih cepat lintas samudera dibandingkan dengan kabel bawah laut, serta memiliki titik buta yang minimal, yang membuatnya lebih strategis dan efisien untuk penggunaan di daerah terpencil.

Meskipun Starlink, milik Elon Musk, telah merencanakan untuk meluncurkan hingga 42.000 satelit pada tahun 2027, China memiliki ambisi yang lebih besar dengan target 51.000 satelit. Dengan persaingan yang semakin ketat, proyek Konstelasi Qianfan ini diharapkan mampu membuka babak baru dalam industri internet satelit global. (red/net)

Follow me in social media:
adv adv
error: Content is protected !!