Potensi Tanaman Obat Lokal Indonesia yang Kian Mendunia: Ekspor Meningkat 138% dalam Dua Tahun, Bagaimana Lampung?

waktu baca 3 menit
ilustrasi tanaman obat lokal

Pada tahun 2021, volume ekspor tanaman obat tercatat sebesar 23 ribu ton. Jumlah ini melonjak tajam hingga 45,2% pada tahun 2022 menjadi 33,4 ribu ton. Peningkatan ini terus berlanjut di tahun 2023, dengan volume ekspor mencapai 67,5 ribu ton atau naik sebesar 138% dibandingkan tahun 2021.

Nilai Ekspor Meningkat Meskipun Mengalami Fluktuasi

Nilai ekspor tanaman obat juga menunjukkan tren yang positif meskipun ada sedikit penurunan di tahun 2022. Pada tahun 2021, nilai ekspor tanaman obat mencapai USD 89,4 juta. Namun, akibat penurunan harga komoditas, nilai ekspor turun menjadi USD 84,4 juta pada tahun 2022, yang merupakan penurunan sebesar 5,6%. Meski demikian, di tahun 2023, nilai ekspor kembali naik menjadi USD 102,5 juta, meningkat 20,2% dari tahun sebelumnya.

Jahe, Kunyit, dan Kapulaga: Produk Ekspor Unggulan, 

Indonesia mengandalkan beberapa jenis tanaman obat untuk ekspor, dengan jahe, kunyit, dan kapulaga menjadi komoditas unggulan. Jahe menjadi yang terbesar, dengan Jawa Barat sebagai produsen utama, dan diekspor ke Bangladesh, Pakistan, serta Malaysia. Saat ini, luas kawasan pengembangan jahe mencapai 800 hektar.

Namun, dari produksi jahe nasional yang mencapai 189 ribu ton pada tahun 2023, Lampung hanya menyumbang 2,8 ribu ton, menempatkan provinsi ini di peringkat kelima di Sumatera. Bengkulu berada di peringkat pertama dengan produksi 16,7 ribu ton. Di Lampung, Lampung Timur menjadi penyumbang terbesar dengan 711 ton, diikuti Lampung Utara (347 ton) dan Lampung Barat (322 ton).

Kunyit, yang diproduksi terutama di Jawa Timur, juga berkontribusi signifikan dengan tujuan ekspor utama ke Malaysia, Singapura, dan Argentina, dengan total luas lahan 220 hektar. Namun, dari total produksi nasional sebesar 208 ribu ton pada tahun 2023, Lampung hanya menyumbang 1,4 ribu ton, juga menempati peringkat kelima di Sumatera. Bengkulu sekali lagi memimpin dengan 5,4 ribu ton. Di Lampung, Lampung Timur menjadi penyumbang terbesar dengan 728 ton, diikuti Lampung Barat (203 ton) dan Lampung Tengah (322 ton).

Dukungan Pemerintah untuk Peningkatan Ekspor

Peningkatan ekspor ini tidak terlepas dari berbagai dukungan yang diberikan oleh pemerintah. Upaya yang dilakukan meliputi peningkatan standar kualitas produk tanaman, penyediaan benih unggul, serta mengadakan pelatihan kepada petani terkait budidaya tanaman obat yang berorientasi ekspor.

Pemerintah juga aktif dalam menggelar pameran dan promosi produk tanaman obat di berbagai negara, serta mengembangkan lahan khusus produksi tanaman obat di berbagai kabupaten/kota yang memiliki potensi besar. Selain itu, kerjasama internasional terus dijalin untuk mengoptimalkan ekspor tanaman obat secara berkelanjutan.

Potensi Besar Ekspor Tanaman Obat

Direktur Sayuran dan Tanaman Obat Kementan, Andi Muhammad Aidil Fitri, menyatakan bahwa produksi tanaman obat di Indonesia sudah memiliki industri yang solid dengan tiga produk prioritas tersebut.

“Produksi tanaman obat kita sudah dibangun dan sudah ada industrinya, dengan tiga produk prioritas. Ini sangat-sangat besar potensinya untuk ekspor,” ungkap Andi.

Dengan dukungan yang terus berlanjut dari pemerintah dan minat yang semakin tinggi dari pasar internasional, ekspor tanaman obat Indonesia diprediksi akan terus meningkat, menjadikan Indonesia sebagai salah satu pemain utama di pasar biofarmaka global. (red)

Follow me in social media: