Gantanews.co – Lampung, sebuah provinsi di Sumatera, tengah menghadapi tantangan besar dalam mengatasi kemiskinan sambil berjuang melawan kebiasaan merokok yang mengakar kuat. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), per Maret 2024, Lampung menempati peringkat ketujuh dalam jumlah penduduk miskin terbanyak di Indonesia. Dalam publikasi terpisah, BPS menyebutkan, secara nasional, komoditas makanan menjadi pendorong meningkatnya garis kemiskinan per Maret 2024 menjadi sebesar Rp 582,93 ribu. Andil terbesar adalah beras, sedangkan rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar kedua pada garis kemiskinan, baik di perkotaan maupun di perdesaan (11,56 persen di perkotaan dan 10,90 persen di perdesaan).
Baca juga: Meski Jumlah Penduduk Miskin Turun, Lampung Tetap di 10 Besar Jumlah Penduduk Miskin Terbanyak di Indonesia
Ironisnya, survei Kementerian Kesehatan tahun 2023 menunjukkan bahwa Lampung menduduki peringkat ketiga dalam prevalensi perokok aktif terbanyak di Indonesia, dengan 25,3% penduduknya merokok setiap hari. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penggunaan tembakau adalah salah satu penyebab utama penyakit tidak menular.
Penggunaan tembakau yang tinggi tidak hanya membahayakan kesehatan individu tetapi juga memperberat beban ekonomi rumah tangga. WHO menyatakan, “Tidak ada tingkat penggunaan tembakau atau paparan asap rokok yang terbukti aman. Semua pengguna tembakau harian dan non-harian berisiko mengalami berbagai dampak kesehatan yang buruk sepanjang hidupnya.”
Kebiasaan merokok berkontribusi pada tingginya angka penyakit paru-paru, penyakit pernapasan kronis, hipertensi, dan osteoporosis di kalangan perokok. Selain itu, penggunaan tembakau menyebabkan berkurangnya pendapatan rumah tangga dan meningkatnya biaya perawatan kesehatan.
Data Kementerian Kesehatan tahun 2023 menunjukkan bahwa prevalensi perokok aktif di Indonesia mencapai 22,46 persen dari penduduk berusia 10 tahun ke atas yang merokok setiap hari. Prevalensi ini lebih tinggi di daerah perdesaan (23,7 persen) dibanding perkotaan (21,6 persen). Dari sisi pekerjaan, kelompok nelayan memiliki angka perokok aktif tertinggi (57,6 persen), disusul oleh buruh, sopir, dan asisten rumah tangga (51,8 persen). Secara gender, laki-laki jauh lebih banyak merokok (43,8 persen) dibanding perempuan (0,7 persen).
Secara nasional, berdasarkan data Global Finance tahun 2023, Indonesia menempati peringkat ke-70 dalam daftar negara termiskin di dunia. Namun, proyeksi WHO menunjukkan bahwa proporsi penduduk Indonesia usia 15 tahun ke atas yang merokok atau mengonsumsi produk tembakau diperkirakan mencapai 38,7 persen pada tahun 2025, menjadikan Indonesia negara dengan proporsi perokok terbanyak kelima di dunia.
Mengurangi prevalensi merokok merupakan langkah krusial dalam mengurangi kematian dini akibat penyakit tidak menular dan meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat miskin. Upaya edukasi, regulasi, dan intervensi kesehatan menjadi penting dalam mengatasi masalah ini. Selain itu, dukungan ekonomi untuk keluarga miskin agar dapat mengalihkan pengeluaran dari rokok ke kebutuhan dasar lainnya juga sangat diperlukan.
Kondisi di Lampung adalah cerminan nyata dari tantangan yang dihadapi Indonesia dalam mengatasi kemiskinan dan prevalensi merokok yang tinggi. Ironi ini memerlukan perhatian serius dari berbagai pihak untuk menciptakan kebijakan yang efektif dan berkelanjutan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat. (red)