Rupiah Menguat 0,16 Persen di Awal Perdagangan

waktu baca 2 menit

Gantanews.co – Nilai tukar rupiah tampil perkasa pada awal perdagangan hari ini, Kamis (11/7/2024). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah dibuka pada level Rp16.215 per dolar Amerika Serikat (AS), menguat 0,16 persen dibanding penutupan hari sebelumnya di level Rp16.241 per dolar AS.

Penguatan rupiah sejalan dengan tren positif yang dialami seluruh mata uang di kawasan Asia. Hingga pukul 09.00 WIB, baht Thailand mencatat penguatan terbesar di Asia dengan kenaikan 0,3 persen, disusul won Korea Selatan yang melesat 0,29 persen. Mata uang lain yang turut menguat adalah ringgit Malaysia (0,17 persen), peso Filipina (0,1 persen), serta dolar Singapura dan yen Jepang yang sama-sama naik 0,07 persen. Sementara itu, dolar Taiwan terapresiasi 0,06 persen, diikuti yuan China dan dolar Hongkong yang masing-masing menguat tipis 0,03 persen terhadap dolar AS.

Pengamat pasar keuangan, Ariston Tjendra, memproyeksikan rupiah masih berpotensi menguat hari ini terhadap dolar AS. Hal ini didorong oleh pernyataan Gubernur Federal Reserve (the Fed) Jerome Powell. “Semalam, Gubernur the Fed Jerome Powell dalam pernyataannya di hadapan Komite Jasa Keuangan DPR AS menyebutkan bahwa the Fed tidak akan menunggu inflasi mencapai 2 persen untuk memangkas suku bunga acuannya,” kata Ariston.

Dengan demikian, rupiah berpotensi menguat ke kisaran Rp16.180 hingga Rp16.200 per dolar AS, dengan potensi resisten di kisaran Rp16.280 pada perdagangan hari ini. Selain itu, pelaku pasar juga melihat indikasi pemangkasan suku bunga dari pernyataan Powell bahwa risiko ekonomi bukan hanya inflasi, tapi juga tingkat pengangguran di AS.

“Tingkat pengangguran AS meskipun masih di level rendah tetapi terus meningkat. Jadi, the Fed bisa memangkas bunga bila tingkat pengangguran semakin memburuk,” ucap Ariston.

Selain faktor-faktor tersebut, sentimen positif juga tercermin dari indeks saham Asia yang terlihat menghijau. Hal ini menunjukkan bahwa sentimen pasar terhadap aset berisiko cukup positif, yang turut mendukung penguatan rupiah sebagai salah satu aset berisiko. (red)

Follow me in social media: