Gantanews.co – Israel mengklaim serangan ke Rafah dilakukan secara tidak disengaja, namun aksi ini memicu kecaman global. Dalam waktu kurang dari tiga hari, Israel menyerang Rafah dua kali, yakni pada Minggu (26/5) dan Selasa (28/5). Serangan tersebut menewaskan puluhan pengungsi di Rafah.
Rafah, yang menjadi tempat penampungan pengungsi Gaza sejak serangan Israel diluncurkan pada Oktober 2023, kini menyaksikan tragedi besar. Hingga kini, total sudah 35 ribu orang tewas akibat serangan tanpa pandang bulu dari Israel.
PBB dan berbagai negara, termasuk Turki, mengutuk aksi Israel ini. Seruan untuk memberlakukan gencatan senjata di Gaza semakin gencar disuarakan oleh komunitas internasional.
Namun, di tengah kecaman, Israel terus berkilah. Mereka berdalih serangan ke Rafah adalah operasi yang ditargetkan ke rumah seorang pemimpin senior Hamas. Serangan ini mengakibatkan kebakaran yang merambat ke tenda pengungsi di Rafah pada hari Minggu. Militer Israel mengklaim kebakaran itu sebagai kejadian tak terduga dan tak disengaja.
Juru bicara Militer Israel, Daniel Hagari, pada Selasa menyebut pihaknya sedang menyelidiki penyebab kebakaran. “Amunisi kami tak mampu menyulut api sebesar ini,” kata Hagari, seperti dikutip dari Al-Jazeera. “Saya ingin mengulanginya, amunisi kami tak mampu membuat kebakaran sebesar itu,” tambahnya.
Sementara itu, terkait serangan di kamp pengungsian al-Mawasi pada Selasa, Israel membantah sebagai pelaku. Serangan tersebut menewaskan 21 orang.
Pembelaan Israel ini bertentangan dengan kesaksian warga Rafah kepada Al-Jazeera. Beberapa saksi mata mengaku melihat tank-tank Israel masuk ke pusat kawasan Rafah.
Untuk menghentikan serangan Israel, Aljazair telah mengajukan rancangan resolusi khusus ke Dewan Keamanan PBB. Dunia kini menanti langkah konkret untuk meredakan konflik yang terus memakan korban jiwa ini. (int)
