Uniknya Symphonesia – Album Baru Erwin Gutawa Bikin Pecinta Musik Orkestra Terpana

waktu baca 6 menit

GANTANEWS.CO, Jakarta – Erwin Gutawa (58), merilis album baru berjudul Symphonesia dalam rangka menyambut Hari Musik Nasional yang jatuh setiap 9 Maret.

Pemilik nama lengkap Erwin Gutawa Sumapraja itu mengumumkan peluncuran album barunya dalam unggahan akun Instagram miliknya Jumat, (05/03/2021).

Symphonesia sendiri merupakan gabungan dari kata Symphony dan Indonesia. Album baru itu diluncurkan dalam format musik digital dan kini dapat dinimati melalui berbagai aplikasi platform musik digital.

“Bahagia rasanya saya dapat menginterpretasikannya kedalam format/rasa simfonik (orkestra besar). Kagum dan apresiasi saya untuk semua para pencipta lagu-lagu ini.” Tulis Erwin Gutawa dalam unggahan akun Instagram miliknya.

Musisi yang dikenal juga sebagai konduktor, orkestrator, dan komposer itu memilih beberapa lagu populer Indonesia yang digubah dalam format instrumental orkestra simfonik. Total ada 8 judul lagu dalam album Symphonesia.

Empat lagu sebelumnya telah dirilis dalam bentuk single, yakni Pelangi di Matamu, Menghitung Hari, Bukan Cinta Biasa, dan Kala Sang Surya Tenggelam. Empat lagu lainnya baru pertama kali dipublikasikan dalam album ini seperti Memori, Alamat Palsu, Firasat, dan Di Dadaku Ada Kamu.

Untuk diketahui, Erwin Gutawa berhasil mendapatkan penghargaan dari Anugerah Musik Indonesia 2020 lewat lagu Kala Sang Surya Tenggelam. Lagu itu terpilih sebagai Karya Produksi Instrumentalia Terbaik.

Menurut Erwin, kedelapan lagu itu dipilih karena melodinya yang indah dan sudah sangat populer di telinga masyarakat Indonesia.

“Dalam sebuah karya instrumentalia, melodi adalah unsur penting, harus dapat bercerita karena tidak ada lirik,” ujar Erwin.

Gantanews.co berhasil merangkum beberapa fakta dan keunikan dalam album Symphonesia. Berikut, beberapa fakta dan keunikan album baru Erwin Gutawa itu.

Fakta dan keunikan yang pertama, yakni lamanya proses pengerjaan album ini hingga siap edar. Rekaman album Symphonesia dilakukan secara bertahap, sampai butuh waktu tiga tahun. Sesi rekaman pertama dilakukan pada bulan Juli 2018 dan dilanjutkan tepat satu tahun kemudian yakni pada Juli 2019.

Menurut Erwin Gutawa, awalnya album Symphonesia itu akan dirilis pada tahun 2020 namun tertunda karena adanya pandemi Covid-19.

Fakta dan keunikan selanjutnya, proses penggarapan album Symphonesia tidak hanya dilakukan di Indonesia dan dengan musisi Indonesia saja. Erwin Gutawa berkolaborasi dengan musisi negara lain, yakni di Vienna, Budapest, dan London.

Dari delapan lagu dalam album Symphonesia, tujuh lagu dikerjakan dan direkam di Synchron Stage Orchestra yang berada di Vienna, ibukota negara Republik Austria. Bersama 60 musisi Vienna yang tergabung dalam Synchron Stage Orchestra dan dibantu oleh Johannes Vogel, konduktor tetap dari Synchron Stage Orchestra dan Dimitrie J. Leivici serta Marina Dimitrova, para concertmaster yang juga pernah terlibat dalam produksi film-film Hollywood, Erwin Gutawa menggarap ketujuh lagu tersebut.

Synchron Stage Orchestra merupakan salah satu studio terbaik di dunia. Studio ini aktif dalam produksi scoring film-film serta series ternama, seperti The Crown, Wanda Vision, Ad Astra, Over The Moon, dan Blue Planet II.

Erwin Gutawa memilih mengerjakan album Symphonesia di Viena, selain karena dikenal sebagai Kota Budaya, Vienna juga dikenal sebagai salah satu kota musik terkemuka, terutama dalam hal musik klasik dan orkestra.

Lagu Firasat di Budapest. Di ibukota negara Hongaria dan kota yang disebut-sebut sebagai kota terindah di dunia itu, Erwin Gutawa bersama musisi yang tergabung dalam Budapest Scoring Orchestra mengerjakan lagu Firasat. Rekaman lagu Firasat juga dilakukan di studio itu.

Khusus instrumen kendang dangdut yang terdapat dalam lagu Alamat Palsu merupakan penampilan musisi Rahman Suyitno dan direkam di Studio Erwin Gutawa Music Center, Jakarta.

Fakta dan keunikan lainnya; proses mixing dan mastering dilakukan di negara terpisah. Proses mixing dilakukan oleh Eko Sulistyo di Jakarta. Sedangkan mastering album dipercayakan kepada Simon Gibson di Abbey Road Studio, London.

Satu lagi fakta dan keunikan serta yang spesial dari album ini, yakni album ini merupakan kolaborasi ayah-anak. Gita Gutawa, anak pertama dari Erwin Gutawa ini terlibat sebagai produser dalam album ini. Pemilik nama lengkap Aluna Sagita Gutawa itu, terlibat mulai dari konsep, pemilihan lagu, nuansa musik, kreatif, hingga tiap tahap produksi lainnya.

Album Symphonesia juga memiliki fakta dan keunikan lainya, yakni album ini adalah album instrumentalia orkestra tanpa penyanyi, bahkan tanpa iringan band. Disebut pula simfonik karena melibatkan orkestra dalam skala besar.

Erwin Gutawa tidak tanggung-tanggung dalam menggarap album barunya ini. Bahkan untuk urusan logo, Erwin Gutawa menggarap dengan serius. Hal ini dengan dipercayakannya Jay Subiakto untuk mendesain logo album Symphonesia.

Dikutip dari akun Instagram Erwin Gutawa, Jay Subiakto menggunakan filosofi “Kinari kinari” sebagai wujud keindahan. Logo ini menampilkan dua ekor burung berkepala manusia yang melambangkan cinta dan di tengahnya terdapat pohon Kalpataru sebagai simbolisasi kehidupan.

Menurut Jay Subiakto, album ini adalah sebuah wujud bagaimana kecintaan (terhadap Indonesia-juga dalam hal ini musik), disertai dengan imajinasi dan kreatifitas, dapat membuat sebuah karya lama menjadi evergreen.

“Melestarikan sekaligus memperkuat keindahan sesuatu dari masa ke masa,” ujar Jay Subiakto.

Banyak pengamat musik dan masyarakat beranggapan, salah satu yang paling unik dalam album ini adalah artwork album Symphonesia. Eko Cahyadi, yang dipercaya oleh Erwin Gutawa untuk mendesain artwork album Symphonesia, menampilkan sosok siluet Erwin Gutawa yang tersusun dari kepulauan-kepulauan yang ada di Indonesia.

Peluncuran album Symphonesia, ditanggapi masyarakat pecinta musik dengan positif, juga takjub akan kemehawan dan kemegahan musiknya.

“BEST… Di sulap jadi Mewah…” ujar akun @angkasa_bali20

“Very well-deserve result. A monumental achievement! Wondering how those composers and singers who had been sung these songs would have felt when they heard this.” Timpal akun @myselfteddy

“Akhirnya… Sang maestro rilis album baru. Saya (sampai) terbengong-bengong waktu mendengarkannya pertama kali,” tulis akun Instagram @why.utm

Para musisi yang lagunya diaransemen ulang dan ada di album Symphonesia juga dibuat terpana.

“Seru banget. Keren banget. Alamat Palsu dibikin beda banget. Mewah. Dan yang paling kerennya lagi, dia tidak menghilangkan unsur dangdutnya sama sekali. Musik gendangnya tetap kental. Super, keren banget. Top!”ujar Ayu Ting Ting yang mempopulerkan lagu Alamat Palsu.

Ruth Sahanaya yang mempopulerkan lagu Memori bahkan hingga merinding dan meneteskan air mata saat pertama kali mendengarkan lagunya diaransemen ulang.

“Keren banget. Berasa di Disneyland. Wow…. Pengen nangis” ujar Ruth Sahanaya dalam video yang diunggah dalam akun Instagram milik Erwin Gutawa.

Pada dasarnya, album Symphonesia merupakan upaya Erwin Gutawa untuk mengapresiasi karya lagu hebat yang pernah lahir di tanah air. Selain itu, walaupun musik orkestra simfonik cukup identik dengan budaya barat, Erwin terus konsisten untuk menghadirkan musik orkestra simfonik dengan sentuhannya sebagai orkestrator berkebangsaan Indonesia. Juga sebagai upaya memajukan karya musik orkestra simfonik Indonesia ke khalayak lebih luas, baik di dalam maupun di luar negeri. (*)

Follow me in social media: