Selamatkan Populasi dan Habitat Kukang, Mulai Dari Sekarang!

waktu baca 3 menit
Foto: Kukang saat dilepasliarkan. (Andro)

Tanggamus – Lampung ternyata punya Pusat Konservasi Kukang Sumatera, hewan yang bernama ilmiah Nycticebus ini. Lokasinya ada di kawasan konservasi Bendungan Batu Tegi, Kabupaten Tanggamus.

Ayo, kita lihat bagaimana program habituasi dan proses pelepasliaran hewan nokturnal atau hewan yang aktif di malam hari yang pemalu itu.

Dari kawasan Bendungan Batu Tegi, kita harus naik perahu mesin. Perahu hanya cukup untuk 4-5 orang, ditambah beberapa kotak-kotak besi ringan tempat para kukang tersebut.

Foto: Perjalanan menuju pusat konservasi Kukang. (Andro)

Eh, untuk kesini gak bisa sembarangan waktu lho. Hanya pada saat air di bendungan ini surut. Saat itu, kita bisa melihat daratan bendungan yang dibangun pada tahun 1995, hingga setinggi lebih kurang 10 meter.

Sampai di salah satu pintu masuk kawasan konservasi, kita harus jalan menanjak ke pos pertama untuk beristirahat.

Oiya, untuk kesana, tidak bisa sembarangan orang juga. Kita harus ikut dengan tim dari Yayasan Inisiasi Alam Rehabilitasi Indonesia atau YIARI. Sebuah organisasi nirlaba ini bergerak di bidang penyelamatan dan konservasi primata di Indonesia. karena tim inilah yang bertugas memantau kondisi kukang setelah dilepasliarkan.

Foto: Lokasi konservasi Kukang. (Andro)

Sampai disana, tim segera mencari lokasi habituasi buatan, sebelum para kukang dilepasliarkan di hutan. Hal tersebut sebagai upaya adaptasi para kukang.

Menurut Direktur Program YIARI, Karmele Ilano Sanchez, para primata nokturnal yang dilepasliarkan di kawasan konservasi ini, biasanya merupakan hasil sitaan Balai Konservasi Sumber Daya Alam dari para pemburu dan penjual liar.

“Biasanya ada kukang yang kami selamatkan sudah dalam kondisi mengenaskan. Seperti kulitnya yang terluka, atau kuku dan giginya yang sudah dicabut,” ungkap Karmele.

Foto: Kukang si hewan nokturnal nan pemalu saat dilepasliarkan. (Andro)

Maka dari itu, kukang ini akan dipulihkan dahulu sifat liarnya, karena sebelumnya ia mengalami depresi. Setelah menjalani serangkaian pemeriksaan medis, proses karantina, dan tahapan rehabilitasi seperti pengenalan pakan alami, barulah kukang dilepasliarkan secara bertahap.

Selama berada di kandang habituasi, aktivitas kukang dipantau oleh tim monitoring untuk mengetahui perkembangan perilakunya. Sampai saat ini, ada sekitar 141 kukang di pusat rehabilitasi tersebut.

Guna memudahkan pengamatan, kukang dipasangi radio collar di bagian leher. Benda itu berfungsi sebagai pengirim sinyal yang nantinya ditangkap oleh antenna dan menimbulkan bunyi di penerima sinyal.

Foto: Tim memantau Kukang melalui radio collar. (Andro)

Bunyi yang keluar membantu tim monitoring untuk menemukan keberadaan kukang di alam.

Translokasi kukang di kawasan hutan batutegi merupakan kerjasama program konservasi kukang sumatera. Ada dua pulau dijadikan kandang habituasi dan pelepasliaran, yakni Pulau Talang Randai dan Talang Ajir.

Bagaimana? Masih tidak peduli dengan keberadaan kukang sebagai hewan yang dilindungi tersebut? (Andro)

Follow me in social media:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *