Lewat Video, Disparbud Tanggamus Harap Tari Piring 12 Mendunia

waktu baca 3 menit

GANTANEWS.CO, Tanggamus – Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Kabupaten Tanggamus terus konsisten melestarikan Warisan Budaya Tak Benda (WBTB).

Salah satunya Tari Piring 12. Tarian ini berasal dari Sekala Bekhak dan merupakan tari tradisional yang erat kaitannya dengan gawi adat masyarakat Lampung yang beradat saibatin.

Tarian ini bermakna tarian sang ratu yang disajikan saat menyambut para Ulu Balak yang pulang dari medan perang. Suguhan tarian kepada Ulu Balak (Hulu Balang) ini untuk menunjukkan rasa gembira.

Diperkirakan tarian ini sudah tercipta sebelum Islam masuk ke Indonesia. Makna dari 12 piring dalam tarian ini tersebut adalah marga benawang yang mempunyai 12 bandar.

Retno Noviana

Tari piring 12 ini mempunyai dua makna dalam warna busana untuk membedakan antara keluarga kerajaan dan juga masyarakat biasa.

Untuk warna kuning dipakai pada sisi kanan melambangkan keluarga kerajaan, seperti pangeran dan juga putri. Kemudian warna selanjutnya, yaitu putih yang dipakai pada sisi kiri melambangkan masyarakat ataupun pemegang adat.

Properti piring yang digunakan mempunyai makna seperti yang dibawa oleh ratu maupun putri melambangkan segala sesuatu di dunia ini pasti ada dua. Contoh senang dan sedih, kalah dan menang dan lainnya.

Saat ini, penggunaan tari piring 12 ini banyak dipergunakan oleh laki-laki dan juga gadis yang sedang melaksanakan resepsi pernikahan.

Tari Piring  12 (Khua Belas) memiliki motif gerakan yang sedikit. Motif tersebut dilakukan secara berulang ulang. Motif tersebut berisi nasehat–nasehat. Adapun nama beserta makna dari keenam motif gerak tersebut menurut buku Gerak Dasar Takhi Lampung adalah: Sembah, Ngakakelap, Ngakhilok, Sebatang, Nokokh, Laga Puyuh.

Kabupaten Tanggamus memiliki sebagian besar  wilayah yang berada dekat pantai atau pesisir dan didiami oleh masyarakat beradat Saibatin.

Menurut tradisi lisan, dahulu Kabupaten Tanggamus terdapat suatu kerajaan yang benama Kerajaan Benawang.

Alasan Tari ini disebut Pikhing 12 (khua belas) karena dulunya Marga Paksi Benawang memiliki 12 belas Bandar atau marga yang masing –masing marga memiliki hulu balang dan prajurit sendiri.

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tanggamus  konsisten  melestarikan seni budaya WBTB (Warisan Budaya Tak Benda)  bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebuyaan Propinsi Lampung dan Siger TV.

Dibuatnya kegiatan Lestari Budaya “ Warisan Budaya Tanpa Benda ” ini bertujuan untuk tetap melestarikan warisan budaya leluhur tanah Lampung, terutama Budaya Lampung Pesisir.

Dalam pembuatan video baru-baru ini, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Tanggamus Retno Noviana Damayanti menyampaikan, pembuatan video ini merupakan salah satu data pendukung untuk laporkan ke Kementrian Pendididkan dan Kebudayaan supaya WBTB (Warisan Budaya Tak Benda) Takhi Pikhing KhuaBelas (Tari Piring 12-Red)  ini diakui sebagai seni budaya yang berasal dari Kabupaten  Tanggamus.

Retno berharap masyarakat Tanggamus ikut menjaga dan melestarikan budaya.

“Semoga  maksud dan tujuan dari pembuatan klip video ini untuk memperkenalkan dan melestarikan  seni budaya dalam bentuk  tarian sehingga bukan masyarakat Tanggamus maupun Lampung saja tapi bisa terinformasikan sampai ke mancanegara sehingga bisa menjadi salah satu daya tarik orang untuk berkunjung ke Kabupaten Tanggamus. Bukan saja destinasi wisata yang akan kita perkenalkan ke masyarakat luas ,tapi unsur unsur budaya juga akan kita perkenalkan,” pungkasnya. (Indra)

Follow me in social media: